Kamis, 28 November 2013

Dok…Jadi Siapa yang Salah???

13823395691525631013
Jangan menunggu Renta untuk mengetahui kesalahan
Ternyata kalau DOKTER sudah duduk di tempat kursi  praktek maka harus siap dengan segala macam keadaan pasien yang akan di hadapi, dari pasien yang sakit kategori benar sakit (dalam arti dari segi fisik ada penyakit tertentu), juga pasien dengan kategori  penyakit lain (dimana pasien sakit mentalnya), ataupun dengan pasien kategori kedua-duanya (sakit fisik dan mental), bahkan lebih kurang menyenangkanya jika ada yang pura-pura sakit, untuk mendapatkan keterangan tertentu, yang terakhir ini bisa di telaah sendiri.
Itu-lah dokter, jadi jika sudah duduk di kursi praktek-nya maka ia harus berusaha  sebisa mungkin melepaskan segala masalahnya ataupun  atribut lain yang membebankannya, sehingga bisa semaksimal mungkin melakukan tugasnya sebagai pelayan kesehatan.
Saya akan sekali lagi berbagi pengalaman lama, tapi saya sering lihat banyak juga yang membahas ini. Menarik untuk saya bagikan karena tidak hanya satu atau  dua kali saya bertemu dengan keadaan dimana pasien  mengeluh datang dengan penyakit fisiknya yang sebenarnya tidak ada masalah, tapi ujungnya ribut tentang persoalan pribadi sehingga meminta pembenaran siapa yang harus kalah atau mengalah, bahkan ada juga yang salah - menyalahkan.  Biasanya yang datang adalah pasangan suami-istri walaupun ada juga anak, maupun  saudara, dan ada juga dengan temannya. Dalam sehari aja bisa ada 3 kasus yang datang , mulai dari awal memang sudah datang dengan ribut-ribut, ada juga yang awal datang dengan penyakit fisik memang bermasalah atau ada juga yang datang sebenarnya tanpa sakit yang berarti, dan saat mau selesai diobati kemudian malah diakhiri dengan topik masalah pribadi mereka.
Sebenarnya berbagai masalah yang di keluhkan, bisa hanya tentang masalah kecil, tapi umumnya dari dari hal kecil yang lama-lama menupuk menjadi besar, dari pengamatan pribadi saya, memang banyak  suatu keributan yang berawal dari suatu perkataan yang awalnya hanya  sekali kesalahan berkata. Bisa juga karena suatu  perbuatan yang tidak di sukai atau kata yang tidak di  sukai dan terus di ulang, tapi jika masalah hanya diendap akhirnya kemudian lama - kelamaan menumpuk, sehingga seperti gunung es yang atasnya kecil aja yang terlihat, tapi di bawahnya sebenarnya sudah besar. Jadi kata pepatah “lidahmu adalah pedangmu” ternyata memang benar sekali.
Banyak orang berkata yang menyinggung perasaan orang lain tanpa di sadari, yang sebaiknya perkataan itu tidak usah atau tidak perlu di sampaikan, toh tidak ada gunanya juga. Di sisi lain banyak juga orang yang tidak memperhatikan apa yang orang lain sampaikan, padahal kalau dirinya diperlakukan sama belum tentu bisa menerima.
Beberapa pengalaman tentang ini  yang cukup saya ingat adalah pasangan suami istri , dimana sang istri mengeluh jatuh dari tangga besi disaat akan mengambil peralatan masak yang ada di lemari, baru menaiki 2 tangga tiba-tiba terpelset sehingga tangannya luka  terkena gores ada bagian ujung besi tangga yang ternyata tajam, panjang luka kira-kira 2 cm dengan kedalaman kurang lebih 1,5 cm. Darah yang di keluarkan tidak terlalu banyak tapi nyaris mengenai vena pada lengan bagian bawah. Melihat itu saya langsung menerangkan kepada si ibu bahwa lukanya perlu sedikit jahitan agar luka tidak terbuka sehingga infeksi tidak  mudah masuk , juga agar menghentikan darah  sehingga luka cepat sembuh. Setelah saya jahit ibu saya beri obat lanjut saya.  Mendengar keterangan saya ibu tadi terlihat ragu, lalu saya lanjut menerangkan bahwa akan di suntikan obat agar tidak sakit saat di jahit. Akhirnya wajah ibu itupun agak berubah dan menyetujui tindakan yang akan saya lakukan.
Peralatan untuk menjahit luka saya siapakan, daerah yang akan di suntik disterilkan  lalu obat anastesi lokal saya suntikkan di daerah sekitar bawah kulit luka, kemudian saya bersihkan semua bagian luka dan akhirnya di jahit. Ibu yang sedang saya obati tampak diam terlihat sedikit cemas,  kemudian terlihat wajahnya lega setelah saya ucapka kata “yah…ibu sudah ini selesai”.
Saya kemudian menulis resep, saat saya sedang menulis tanpa di duga berkomentarlah suami katanya ” mangkanya bu, makannya jangan kebanyakan akhirnya kegemukan, jadikan gampang kepeleset”. Mungkin karena sang istri yang baru selesai kesakitan dan baru saja selesai mengalami rasa takut untuk di jahit tadi, mendengar komentar suami langsung naik pitam, di  ambilnya baskom cukup besar yang kebetulan tidak jauh darinya dengan tangannya yang tidak sakit (biasanya baskom itu ada airnya yang digunakan untuk membersihkan tangan saya kalau keran washtafel rusak), kemudian diarahkanya baskom itu ke arah suaminya, melihat itu saya terkejut dan reflek sedikit teriak “ibu !!! tolong duduk, kalau ibu banyak begerak nanti malah tangan ibu yang baru saya jahit bisa luka lagi ” kata saya sedikit beragumen agar masuk akal, padahal belum tentu jahitan ditangannya akan luka kembali hehehe… Ternyata argumen saya cukup ampuh membuat ibu itu duduk. Sang suaminya yang tadinya duduk, kemudian tiba-tiba berdiri tepat saat mau diarahkan baskom dengan posisi kedua tangan menyilang diatas, mungkin dengan maksud melindungi supaya tidak terkena baskom, lalu saya sarankan untuk duduk kembali.
Ternyata tidak hanya sampai di situ, saat suaminya duduk berbicaralah istri agak keras ” Ini dok suka sekali suami saya bilang hal yang buat saya sedih dan marah, bukannya malah menenangkan saya, sudah tau saya lagi sakit, eh malah menghina”. Lalu di sambut dengan ucapan suami ” saya bukan menghina dok… kan benar ucapan saya, itukan untuk kebaikan dia juga, masa saya mau istri saya sakit lagi”. Di jawab lagi denga istri lebih keras ” coba benar apanya dok, dimana-mana orang sakit  ya di hibur kan…”. Lalu di jawab suami kembali… kemudian di jawab istri lagi… dan seterusnya hampir kira-kira 20 menit mereka berargumen dan saya hanya terbengong (sebenarnya mau ketawa juga) melihatnya. Setetelah sadar melihat saya diam saja  mereka akhirnya juga terdiam . Wal hasil saya juga harus memberikan sedikit masukkan lain yang non medis dan setelah itu memberikan resep sambil juga menerangkan perawatan lukanya kalau di rumah.
Itu baru baru satu contoh pasien, banyak lagi sebetulnya yang bisa di ceritakan, seperti ada anak dan ayah dimana sang ayah menyalahkan anaknya yang sakit gara-gara merokok, dan anaknya bersikeras bahwa ia benar karena ia merokok melihat kakek, ayah dan ibunya dulu merokok  jadi kenapa ia tidak boleh merokok…Ada lagi yang dengan teman kosnya gara-gara salah ambil handuk mandi saling salah - menyalahkan karena sakit kulit yang sama-sama di derita… Wah pokoknya mungkin kalau di kumpulkan dokter juga bisa buat serial cerita TV ya…
Untuk itu saya sedikit memberikan tip yang bisa cukup memberikan solusi mengenai keadaan siapa yang benar dan salah ini. JADI BAGAIMANA CARANYA??
Memang kematangan seseorang dilihat dari latar belakang dan pengalamannya. Tapi orang bukan berarti tidak bisa belajar dari kesalahannya dan saya sediri akui juga, ini sangatlah sulit untuk diri kita sendiri, jadi kita harus sering latihnya serta sabar untuk itu..
Sedikit tips untuk kita
  • Menang belum tentu benar - benar menang dalam arti senbenarnya, bahkan mungkin kalah lebih baik karena ada proses pembelajaran berikutnya.

  • Dalam interaksi sosial dengan siapapun apalagi dengan pasangan/orang yang di dekat kita , Berusahalah belajar menjadi pendengar dulu yang baik, karena manusia umumnya lebih senang didengarkan.

  • Buatlah perasaan kita selalu dalam keadaan senang, karena juga untuk kita, perasaan senang bisa merangsang hormon awet muda, juga menghindari resiko stroke, jadi menguntungkan kita-kan :)

  • Untuk suami khususnya, suami adalah tugas yang mulia, di utus untuk menjadi pemimpin (buka bos), benar bung karena itu hindari sedikit mungkin marah, bahkan kalau bisa jangan marah, kalau mau marah tarik nafas-buang nafas kemudian bethitung sampai 100 bahkan 1000 sampai rasa marah reda lalu berusaha sebisa mungkin untuk berpikiran positif, dan  se-segera mungkin bicarakan permasalahan jangan sampai ditunda brhari-hari, juga  jangan sekai-sekali meninggalkan masalah (atau kabuuuuurrrr) karena bisa memicu masalah berikutnya. Anda seorang pemimpin, maka anda harus lebih teliti tentang perasaan yang ada pada keluarga bukan hanya di bebankan ke istri, karena keluarga adalah tim, infat  majunya suatu tim yang di terima Allah SWT bukan pemimpinnya tapi kepemimpinannya. Begitu juga dengan istri jadilah sepeti tali yang bisa membuat kokoh, jadiah seperti air yang selalu di butuhkan, mendinginkaan bahkan mengobati ….waduh saya bukan ceramah agama ni..

  • Merubah suatu kebiasaan sangatlah sulit, tapi  setidaknya kita bisa berusaha menghargai atau memaklumi kebiasan orang lain, dengan mengetahui alasannya

  • Terimalah suatu masukan dan pendapat jika itu baik, toh walaupun masukkan itu menyakitkan, kalau untuk kebaikan kita juga kenapa kita harus sangkal.

  • Berusaha tidak melakukan hal yang merugikan orang lain.

  • Hargai lawan bicara, karena hey…tidak selamanya menjadi ‘men on the top’ misalnya yang jadi pembantu kita tidak akan selalu begitu terus, kalau Allah menghendaki bisa aja sang pembantu, bisa saja  jadi mantu keduanya Pangeran Carles (alias istrinya Pangeran Harry), atau bisa saja bawahan kita atau  sopir kita dapat promosi jadi Direktur , Waluahu Alam.
Kadang kala antara salah dan benar itu dibuat porsinya menurut kepentingan….Jadi kembali lagi jujur kepada diri sendiri utuk hal ini, dan segala sesuatu yang baik adalah tidak memikirkan menang dan kalah tapi proses pembelajarannya untuk mendapatkan segala sesuatu yang lebih baik…okay setuju???
Penutup yang mungkin berguna agar kita mulai dari diri kita sendiri (Unknown Monk, 1100 A.D)
Ketika aku masih muda dan semangatku masih bergelora
aku punya cita-cita yaitu ingin ku ubah dunia
Namun aku kecewa karena dunia tak kunjung berubah.
Lalu kukecilkan harapanku, ingin kuubah saja bangsaku
Namun kukembali kecewa karena bangsaku tak kunjung berubah.
Kini disisa-sisa umurku…
Tapi dengan tenagaku yang masih ada, maka ingin ku ubah keluargaku saja,
Sayangnya mereka juga tak mau berubah.
Saat usiaku sudah renta…
Baru kusadari, kenapa dulu tidak ku ubah saja diriku
Mungkin dengan demikian aku dapat mengubah keluargaku
Dan dengan dukungan cinta mereka aku dapat merubah bangsaku
Dengan semangat bangsakulah akan ku ubah dunia…