Minggu, 08 Agustus 2021

VAKSIN ; SINOVAC, ASTRAZENECA, MODERNA

 


Pada tahun 1796. seorang dokter dari Inggris di Berkeley, Edward Jenner berhasil melakukan dengan mengambil nanah lesi cacar sapi dari tangan seorang pemerah susu. Saat itu dokter Janner melakukan  variolasi yaitu proses memindahkan pus dari lesi aktif seseorang yang menderita variola, ke lengan orang lain yang sehat dengan menggunakan sebuah jarum,  hasilnya ternyata  pemberian lesi pus pada  yang sehat  tidak terinfeksi dan tetap sehat meskipun prosedur variolasi diulang untuk keduakalinya. Ini merupakan  pertama kali dari riwayat penemuan vaksin.

Louis Pasteur pada tahun 1885, dengan metode yang dikembangkan dari penemuan Edward Jenner menemukan jenis vaksin lainnya seperti vaksin difteri, tetanus, anthrax, kolera, tifus, juga tuberculosis/ TBC. Dari sini penelitian tentang vaksin semakin bertambah.

Dengan adanya wabah pandemi COVID 19 ini maka pemberian vaksin di dunia semakin gencar, karena penanggulangan dan pencegahan yang terbaik saat ini dalam menangani infeksi virus adalah daya tahan tubuh tiap individu. Pemberian vaksin dapat merangsang pembentukan antibody sebagai daya tahan tubuh.  Sedangkan terapi COVID 19  ataupun obat serta terapi  lainnya efektivitasnya masih dalam penelitian dan pengembangan.

Di Dunia ada berbagai vaksin untuk COVID 19   yang di edarkan diantaranya:  vaksin Pfizer-BioNTech AS, vaksin Moderna AS, vaksin AstraZeneca -Oxford, vaksin Janssen - Johnson & Johnson AS , vaksin Sputnik V Rusia, vaksin Sinovac Biotech- China, vaksin Novavax AS , Vaksin CanSino Biologics China, Vaksin Bharat Biotech India, Vaksin Abdala dan Soberana 2 Kuba,

Membahas tentang vaksin berhubungan dengan dana yang berujung dengan harga. Menguasai pasar dan penjualan vaksin COVID-19 jelas merupakan target yang bergerak, dengan pemerintah mensubsidi manufaktur dan distribusi, dan harga bervariasi dari satu negara ke negara lain. Morningstar mencatat pada 3 Mei 2021, bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna COVID-19 menyumbang lebih dari 60% dari total perkiraan pasar COVID-19 pada tahun 2021 dan 2022. Pasar COVID-19 secara keseluruhan. Pasar keseluruhan untuk obat-obatan dan vaksin COVID-19 diproyeksikan mencapai puncaknya tahun ini pada $67 miliar, turun menjadi $61 miliar pada tahun 2022. Kemungkinan besar, karena semakin banyak populasi dunia yang divaksinasi, Morningstar memproyeksikan pasar COVID-19 secara keseluruhan untuk menjadi $8 miliar per tahun mulai tahun 2023, tetapi bisa turun hingga $500 juta.

Untuk Indonesia yang banyak di pakai saat ini adalah Sinovac, sebelumnya juga sempat diberikan vaksin AstraZeneca. Yang terbaru baru adalah pemberian  pemberian vaksin Modena dan sedang berlangsung diberikan untuk nakes Indonesia. Menarik kiranya mengenal lebih vaksin yang ada di Indonesia saat ini:

Sinovac

Vaksin yang di produksi China's Sinovac Biotech. Saat ini di Indonesia vaksin sinovac diolah  dan perampungkan finalisasi PT Bio Farma selaku BUMN yang dipercaya.

Vaksin COVID-19 Sinovac disebut CoronaVac dan merupakan vaksin dengan dua-suntikan, vaksin Sinovac menggunakan teknologi vaksin yang lebih tradisional, Itu dibuat dengan menumbuhkan bagian-bagian virus di laboratorium dan kemudian membunuh virus itu, sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit, tetapi masih dapat memberi respon imun atau kekebalan.

Meskipun tingkat perlindungan yang diberikan oleh CoronaVac tidak konsisten berpotensi karena adanya varian yang berbeda di lokasi yang berbeda, vaksin ini tampaknya memenuhi ambang batas kemanjuran WHO 50%. Vaksin Sinovac ini telah diberikan di banyak negara dengan keberhasilan yang beragam tetapi terus mendapatkan persetujuan dari badan pengawas obat nasional yang percaya bahwa datanya mendukung penggunaannya. Organisasi Kesehatan Dunia akan meninjau aplikasi Sinovac untuk persetujuan darurat vaksin pada akhir April atau awal Mei 2021 yang berpotensi memungkinkan vaksin untuk digunakan di lebih banyak negara, sebagian karena umur simpannya yang lama dan kurangnya persyaratan pembekuan.

AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca menggunakan virus, produk vaksin lain yang menggunakan vektor virus ini adalah , vaksin Janssen – Johnson juga vaksin Sputnik V Rusia  juga Vaksin CanSino Biologics. Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor vaksin adenovirus simpanse, adenovirus sudah dilemahkan telah diubah secara genetik sehingga tidak mungkin untuk tumbuh pada manusia dan tidak berbahaya.

Vektor vaksin adenovirus, yang dikenal sebagai ChAdOx1, dipilih sebagai teknologi vaksin yang cocok untuk vaksin SARS-CoV-2 karena telah terbukti menghasilkan respons imun yang kuat dari satu dosis pada vaksin lain.

Vaksin vektor virus bekerja secara berbeda. Mereka menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan sepotong kode genetik dari patogen ke sel kita untuk meniru infeksi. Virus yang tidak berbahaya bertindak sebagai sistem pengiriman, atau vektor, untuk urutan genetik. Kemudian sel-sel kita kemudian membuat protein virus atau bakteri yang telah dikirimkan oleh vektor dan menyajikannya ke sistem kekebalan tubuh kita.


Vaksin AstraZeneca menarik lebih banyak perhatian beberapa saat yang lalu karena efek sampingnya setelah beberapa orang mengalami pembekuan darah setelah vaksinasi.

Pemberian vaksin dihentikan sementara di banyak bagian dunia ketika regulator menyelidiki gumpalan tersebut, kemudian ada hasil yang menyimpulkan bahwa itu adalah efek samping yang sangat langka - berdampak pada sekitar 86 orang dari 25 juta yang telah menerima vaksin. Kemudian regulator Eropa mengizinkan AstraZeneca untuk melanjutkan program vaksinasinya, tetapi beberapa negara membatasi penggunaannya untuk orang dewasa yang lebih tua.

Efek samping lain dari vaksin AstraZeneca, yang juga jarang terjadi, termasuk kasus:

peradangan di sekitar sumsum tulang belakang, anemia hemolitik, demam tinggi

 

AstraZeneca

Sinovac

Nama resmi

AZD1222

CoronaVac

Efektivitas

76%

56%–65%Sumber Tepercaya

Dosis

2 dosis, 28 hari terpisah

2 dosis, 21 hari terpisah

Penyimpanan

pendingin standar

pendingin standar

Jenis

adenovirus simpanse

virus yang tidak aktif

Status persetujuan

disetujui untuk digunakan di Brasil dan mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat di Inggris, UE, dan negara lain

disetujui untuk digunakan di China dan mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat di Turki, Meksiko, Brasil, dan negara lainnya

ketersediaan AS

300 juta dosis dimiliki, tetapi tidak disetujui untuk digunakan

tidak ada

 

Moderna

Vaksin Moderna adalah va ksin mRNA, merupakan  vaksin dengan tipe yang bekerja secara berbeda dari vaksin lain. Tipe vaksin konvesional atau tradisional yaitu dengan memasukkan kuman yang dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh kita.

Vaksin mRNA untuk memicu respons kekebalan,  yaitu mengajari sel kita cara membuat protein—atau bahkan hanya sepotong protein—yang memicu respons imun di dalam tubuh kita. Respon imun itu, yang menghasilkan antibody yang melindungi kita dari infeksi jika virus masuk ke tubuh kita. mRNA tidak pernah memasuki inti sel, dimana mRNA merupakan tempat DNA (materi genetik) yang disimpan.

Seperti semua vaksin, Vaksin mRNA mendapatkan perlindungan tanpa harus mengambil risiko konsekuensi serius dari sakit COVID-19. Karena bukan dari kuman lamgsung atau bukan dari kuman yang dilemahkan melainkan hanya merupakan tempat penyimpanan materi genetic.

Para peneliti telah mempelajari dan bekerja dengan vaksin mRNA selama beberapa dekade. Ketertarikan pada vaksin ini telah berkembang karena vaksin ini dapat dikembangkan di laboratorium menggunakan bahan yang tersedia. Ini berarti prosesnya dapat distandarisasi dan ditingkatkan, membuat pengembangan vaksin lebih cepat daripada metode pembuatan vaksin tradisional.


Di luar selain untuk vaksin, pada penelitian kanker juga telah menggunakan mRNA untuk memicu sistem kekebalan untuk menargetkan sel kanker tertentu. Vaksin yang berbasis mRNA selain vaksin Moderna, Vaksin Pfizer-BioNTech.

Uji klinis telah menunjukkan bahwa vaksin mRNA-1273 Moderna memiliki kemanjuran sekitar 94,1 persen, mulai dari 14 hari setelah mengambil dosis pertama.

Menurut rekomendasi SAGE, vaksin Moderna harus diberikan dalam dua dosis (masing-masing 100 g, 0,5 ml) dengan selang waktu 28 hari.

Belum ada hasil penelitian yang menentukan tingkat proteksi vaksin Moderna terhadap varian Delta . Tetapi Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, baru-baru ini mengatakan kepada Washington Post bahwa karena vaksin mRNA oleh vaksin Moderna memiliki kesamaan tertentu dengan Pfizer, vaksin tersebut seharusnya menawarkan tingkat perlindungan yang sama.

Sebuah penelitian di Inggris yang dikutip oleh administrasi Biden menyatakan bahwa satu dosis vaksin Pfizer memberikan perlindungan sekitar 33% terhadap varian B.1.617.2. (varian Delta) setelah pemberian dua dosis, kemanjuran vaksin naik hingga 88%.

Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna COVID-19 telah dikaitkan dengan kasus miokarditis yang sangat jarang, radang jantung, pada beberapa orang dewasa muda dan remaja, meskipun merupakan  "kemungkinan".

Dibandingkan Vaksin Pfizer-BioNTech memerlukan penyimpanan pada suhu sekitar -94 derajat F, yang memerlukan freezer khusus, Vaksin Moderna lebih stabil pada pafa suhu 36 hingga 46 derajat F, sekitar suhu standar rumah atau lemari es medis, hingga 30 hari dan dapat disimpan hingga enam bulan pada -4 derajat F. Jadi lebih efisien dalam penyimpanan.