Rabu, 12 Agustus 2015

70 Tahun Indonesia, Perang Asimetris dan Alusista



Berpikir agak berat kali ini, karena setelah melihat Sang Merah Putih berkibar dengan hiasan 70 tahun di sampingnya... angka 70 tahun buat manusia berarti menunjukkan usia yang bisa di bilang  uzur dan bukan lagi dewasa, remaja apalagi bayi... tapi untuk sebuah negara memang bisa di bilang angka 70 adalah angka yang layaknya sudah matang dimana sudah sepantasnya jika rakyatnya merasakan atau memetik buah hasil kemerdekaan yang dulu di tanam oleh para pejuang

Jika mau di telaah dari segi umur ternyata yang nyaris seumuran dengan Indonesia adalah Korea Selatan, karena hari kemerdekaannya hanya 2 hari berbeda yaitu tanggal 15 Agustus 1945, bahkan Belanda yang dulu pernah menjajah kita mengklaim hari "Liberation from Nazi Germany" yang kurang lebih maknanya sama dengan hari kemerdekaan yaitu pada tahun yang sama, 1945.

Sedangkan kalau dilihat dari perbandingan ini, maka sudah sangat layak kiranya jika negara tercinta mencapai tingkat kesejahteraan yang cukup memadai...lalu kenapa sekarang ini belum juga, apakah kiranya pemerintah serta aparat juga rakyat yang mendukung di dalamnya atau yang lainnya lebih nyaman kalau Indonesia begini sajalah... mungkin ini karakter Indonesia... bisa di jawab secara jujur pada diri masing-masing

Kemerdekaan merupakan buah hasil diantaranya melalui peperangan. Secara militer hanya ada dua bentuk Perang yaitu Perang Konvensional dan Non-konvensional. Saat ini sedang populer istilah perang asimetris dan perang proksi yang pada dasarnya bukan hal yang baru karena merupakan perang Non konvensional, yang mana bermain di dalamnya Spionase, Subversi, Sabotase dan Psiwar.

Mungkin kalau mau atau  berani melihat kebelakang tanpa di sadari negara tercinta ini  sejak sebelum kemerdekaan  sudah mempunyai pondasi untuk adanya Spionase, Subversi, Sabotase dan Psiwar. Dengan bertambahnya kemajuan teknologi, maka semua ini makin memudahkan juga  memperkeruh keadaan. Jadi dari sejarah sebelumnya silahkan diambil kesimpulan negara mana yang mempengaruhi yang tentu nya berkepentingan dalam mengambil keuntungan, terutama dengan kekayaan Indonesia...

Konflik demi konflik yang bergulir di negara ini dari sesama jajaran aparat penegak hukum, pemerintahan, negara-negara kecil dengan raja-raja kecil yang dengan sadar atau tidak menimbun kekayaan pribadi atau golongan, serta menunjukkan kekuasaan dengan ayat-ayat kepentingan masing-masing, belum lagi diselingi bunga-bunga narkoba yang bertaburan serta juga hal yang lainnya, sehingga semua ini mengingatkan keadaan bunga Rafflesia, yaitu kekayaan alam yang tampak indah tapi berbau busuk kemudian mati....

Bicara tentang perang tentu memerlukan alusista, walaupun dalam situasi perang Non-konvensional sebuah negara tentunya alusista sangatlah penting, coba lihat saja negara yang mempunyai alusista yang canggih  maka negara lain yang akan menggangu bakal berpikir dua kali.

Misalnya Rusia, jika tidak mempunyai alusista yang canggih maka dengan serta merta Amerika juga Eropa barat  meggoyang negara ini, walaupun memakai tangan Ukraina tapi saat ini belum bisa menggoyang Rusia, sekarang perang non-konvensional sedang bermain dari segi ekonomi Rusia, kiranya untuk hal ini karakter pemerintahan serta rakyatnya yang akan menentukan.

Korea Utara dengan berbagai alusista yang dimilikinya juga membuat negara lain yang akan mengusik jadi  berpikir panjang, jika membuat masalah, maka Korea Utara berani mengajak bunuh diri bersama-sama jika ada negara lain yang berani macam-macam...

Sacara benang merah dari 70 tahun Indonesia tercinta, baiknya sudah mempunyai kematangan yang di dalamnya sudah membentuk langkah yang baik dengan kesadaran dan kemauan...sehingga segala bentuk perang bisa di hadapi tentunya dengan dasar alusista yang baik ada di belakangnya....

Pertanyaannya sekarang apakah ada kesadaran dan kemauan dari diri seluruh jajaran pemerintahan serta seluruh rakyat yang dapat membantu kemajuan negara Indonesia... menuju kebaikan...

Selamat 70 tahun... "Merdeka"