Sabtu, 26 Oktober 2013

Kenapa Sidi Harus Menulis Tulisan Sambung Ke Atu’? (Edisi Tulisan Ciyus)

Itu pertanyaan saya sewaktu kecil, saat melihat sepucuk surat yang di simpan rapi oleh Atu (nenek), ketika saya tidak sengaja membongkar lemari buku Sidi (kakek) untuk mencari kertas kosong, dimana isi surat itu ternyata adalah sepucuk surat cinta dari kakek untuk nenek. Saat itu dalam hati kagum melihat bagusnya tulisan latin bersambung kakek walau dengan ejaan lama. Jadi terbayang saat kakek menulisnya, dengan  lekuk-lekuk tulisan latin bersambung yang naik turun pastilah jari dan tangannya seperti menari-nari  saat menulisnya juga diiringi  dengan perasaan yang berbunga-bunga. Isi tulisan surat kakek  yang ternyata romantis tambah diperkuat lagi dengan tulisan latin bersambung-nya  sehingga  terkesan lebih sangat indah.

Saat itu dijawab kakek  ”kalau kakek tidak tulis surat, mana taulah nenek kalau kakek itu suka sama nenek, lagi pula jaman dulu muda-mudi untuk ungkapkan persaannya dengan surat.”  demikian jawab Kakek setelah itu dia melanjutkan cerita cintanya dengan nenek dan  lebih banyak lagi kisah hidupnya juga tentang jaman perjuangannya  tahun 45 .

Saat saya asik duduk di taman dekat apartemen, saya melihat anak-anak Rusia kira-kira berumur sekitar 7 atau 8 tahun sedang asik bermain dan ada juga sedang membaca serta juga ada yang sedang menulis. Kebetulan yang dekat dengan saya yang senang menulis, isenglah saya bertanya kepadanya sambil melatih bahasa rusia saya yang masih belum jelas benar  ”‘школы домашние задания, да?” (sedang kerjakan PR ya?). Si anak yang lagi menulis tadinya diam saja, tapi karena saya melihat ke arahnya dan bertanya kedua kali kemudian di jawabnya “да“(iya).  Karena masih penasaran saya tanya lagi “Какую домашние задания ?” (PR apa yang di kerjakan), sepertinya dengan nada enggan sang anak menjawab “Продолжал писать и русского языка” (tulis sambung dan Bahasa Rusia). Tidak enak juga bertanya lagi lalu saya berkata “Хорошо вперед,спасибо” (baiklah teruskan, terima kasih). Lalu saya mengintip dan menggambil foto diam-diam ke buku yang sedang di tulisnya.


BUKU PELAJARAN RUSIA

Ternyata yang ditulisnya adalah tulisan sambungnya Rusia, pantas saja saya tidak bisa membacanya dengan jelas… lah wong tulisan cetak Rusia saja saya membacanya belepotan apalagi saya mau baca tulisan sambungnya. Tulisan sambung Rusia menurut saya seperti sandi rumput jaman waktu saya SD ( hehehe itu karena saya belum bisa membacanya). Pernah saya mendapat undangan untuk seminar kedokteran di sini, lembaran kertas undangan sangat membuat saya senang karena dengan tulisan berbahasa inggris yang saya kenal…. pada bagian bawah undangan ada catatan keterangan  yang membuat saya ingin menangis, terlihat di situ lekuk-lekuk tulisan sambung Rusia walaupun terlihat bagus dan rapi tapi “tolong” saya tidak bisa membacanya.




Saat sedang asik memperhatikan anak-anak Rusia, terdengar bunyi di android saya, ternyata ada pesan singkat dari adik teman saya  ” H411ow k4k4, p4 c4b4r, ta  k4k4 akooh t4d1 k4k4 mau k4c1h akooh matrioska y4, ciyus ni k4, saik maacih bgt sebelmnya k4. Luv Dita“. Wah… bahasa apa lagi ini, terpaksa saya mencari di internet karena ada kata yang saya tidak mengerti.

Karena setelah melihat pesan singkat Dita dan keadaan di depan saya sangat bertolak belakang, dimana anak rusia malah sibuk belajar menulis sambung dan bahasa. Oleh karena  itu saya jadi teringat pertanyaan saya kepada kakek waktu dahulu,  selain karena tulisan sambungnya yang bagus, ia berpesan agar saya belajar menulis sambung yang bagus , juga ada perkataan yang sekarang baru saya pikirkan lebih dalam “Menulis sambung yang bagus itu sama dengan seni, karena dengan berusaha menulis sambung yang bagus,maka secara tidak langsung kita berusaha menuliskan bahasa yang bagus dan indah pula” .  Setelah saya pikirkan lebih dalam dengan logika medis ternyata menulis sambung juga sangat bermanfaat : Menulis sambung berarti ada dua bidang pelajaran yang di pelajari yaitu bidang seni dan bahasa, dimana kedua bidang pelajaran ini dapat menyelaraskan fungsi kerja otak kiri dan kanan, jadi pesan kakek waktu itu benar sekali, sedangkan saya juga sangat jarang menulis pakai tulisan sambung.

Orang Rusia yang pernah ke bulan saja masih mempertahankan agar anak-anak Rusia belajar menulis sambung dan menurut pendidikan mereka itu bukan suatu hal yang kuno. Saya bertanya dalam hati apakah sekolah di Indonesia masih mengajarkan anak-anak untuk menulis sambung saat ini?.

Saya jadi prihatin jika memikirkan ini, yah… seperti sebelumnya, jadi saya minimal harus mulai dari diri saya sendiri. Sebisa mungkin saya akan menulis dengan tulisan sambung. Lalu saya jawab pesan singkatnya “Assalamualaikum Dita, Alhamdulillah kakak kabar baik, semoga Dita juga baik-baik saja. Kakak akan berikan Matrioshka yang tercantik buat Dita, asalkan kalau kirim pesan jangan buat kakak pusing, sampai kakak harus cari artinya di internet segala, dan juga kakak mau dong kalau kirim pesan pakai gambar tulisan sambung yang ditulis Dita, kakak tunggu ya, sayang juga dari kakak”.  (Enelan Ciyus ni, ini pesan singkat??., kok kayaknya panjang ya!!! hehehe)

Juice yang tidak Pake Ice…(Edisi Jika Ibu-ibu Belanja)

JUS BUAH
Apakah para bapak-bapak pernah menemani istri belanja yang benar-benar ikutan memilih bersama istri saat belanja ? (saya membicarakan belanja di sini yaitu di hipermarket / supermarket, karena saya yakin kalau membicarakan belanja di pasar tradisional para bapak pasti lebih jarang lagi). Alasan kenapa saya hanya bertanya ke bapak-bapak karena belum  ada keterangan yang jelas “berapa banyak persentasi   para suami  menemani istrinya belanja”, kalau saya tanyakan ke orang yang lagi pacaran hasilnya pasti sang pacar mau tidak mau akan menemani.

Itu bukan pertanyaan iseng, lebih cenderung untuk mengugah, karena biasanya yang suka belanja itu pasti ibu-ibu, bisa di bilang  jarang kalau para bapak belanja. Padahal dari belanja kita bisa menambah pengetahuan, bukan saja dalam perhitungan ekonomi untuk keluarga khususnya, tapi juga perhitungan matematika umum akan lebih terlatih(hehehe itu hanya cara ampuh saya sebagai ibu-ibu beralasan) , bukan hanya itu saja kalau kita belanja maka akan berbagai macam produk makanan yang kita lihat dalam satu jenis saja, sehingga mau tidak mau kita pasti membaca komposisinya agar kita tau  layak atau tidaknya kita membeli produk itu selain mempertimbangkannya dari segi harga.

JUS SAYUR
Kemarin saya membeli Jus yang di kemas dalam kemasan kotak alias JUICE yang tidak pake ICE (es), setelah saya perhatikan ternyata untuk sebuah jus saja di hipermarket Moskow ini memakan tempat sampai 2 lorong. dan berbagai jenis jus yang dijual,  yang saya tau kalau di Indonesia adalah jus buah dan pernah lihat juga ada jus buah dengan sayuran hijaunya yang menurut saya pasti masih terasa enak,  tapi kalau di sini agak membuat saya takjub dimana ada jus sayuran plus cabe ataupun  buah plus cabe, bisa terbayang tidak…hmmm jus cabe… walaupun saya pencinta cabe, tapi kalau di jus kayaknya agak aneh.

JUS CABE

Sebetulnya makan buah segar adalah yang terbaik dalam menambah vitamin dan sebagai antioksidan di tubuh kita, karena selain kandungan vitamin dan antioksidan dalam buah juga mengandung serat yang juga baik sebagai pelancar pencernaan. Jangan heran kalau di negara yang empat musim (Rusia misalnya) banyak menjual jus kemasan, karena tidak banyak ragam buah yang di dapatkan, kalaupun ada hanya dalam waktu tertentu sehingga tidak setiap saat bisa ada, beruntung untuk kita yang tinggal di negara tropis banyak ragam buah yang kita ada, dari buah anggur sampai kecapi-pun kita punya, dan rasanya tentulah lebih sangat lezat dan manis. Bahkan kita yang tinggal di daerah tropis bisa menikmati banyak buah setiap saat tanpa harus menunggu musimnya seperti buah pepaya, berbagai jenis pisang, sampai buah kelapa yang batoknya keras, dan juga selain itu kita bisa menikmati musim buah yang tiap saat silih berganti jenisnya.

Menariknya saya membahas tentang jus kemasan ini karena saya perhatikan begitu jelinya sang produsen mengkombinasikan berbagai jenis bahan sehingga bermanfaat dan juga cita rasa yang di dapatkan juga beragam. Kalau mau di ambil contoh misalnya  jus cabe dan tomat di atas (kalau kita di indonesia saya kira cukup makan sambel sudah sama dengan jus cabe dan tomat hanya saja plus terasi hehehe). Sang produsen ingin menampilkan khasiat cabe dan tomat yang kaya dengan vitamin C-nya, dimana kita tau tomat baik untuk kecantikan kulit , juga cabe saya pernah baca Dokter Khursheed Jeejeebhoy. Ahli penyakit dalam dari University of Toronto ini menganjurkan konsumsi makanan pedas secara teratur untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh. Menurutnya, mengkonsumsi makanan pedas secara tidak berlebihan sangat baik bagi kesehatan dan mengurangi risiko kanker…. Jadi produsen minuman juSebetulnya banyak buah juga yang di jual di sini tapi kadang kala ada yang tidak suka makan buah segar langsung karena lebih suka di jus, lagi pula dari segi praktisnya dimana bisanya kita lebih suka membawa minuman kemasan daripada membawa buah di dalam tas. Sekali lagi produsen jeli dalam hal ini, dan itu juga baik karena membantu kita sang konsumen… yah daripada membawakan anak kita minuman bersoda atau soft drink kenapa kita tidak berikan anak kita jus kemasan yang sudah kita lihat benar komposisinya…

Jadi tidak ada salahnya kita minum jus kemasan pada saat tertentu untuk memenuhi kebutuhan vitamin kita setiap harinya… mungkin  malah lebih baik …. hmmmm….daripada minum obat kuat sacet (seperti yang di jual di Indonesia) atau obat vitamin yang katanya dari ektrak buah… kenapa tidak kita langsung aja makan buahnya atau minum jusnya… gimana bapak-bapak???s khususnya untuk melakukan dagangannya harus punya trik khusus dalam  ini.

Dokter… Oh…. Dokter (Versi Mitos tentang Dokter)

Memangnya mitos itu hanya punya putri raja , pangeran, ataupun dongeng tentang rakyat lainnya, sebenarnya kalau mau mengamati teryata dokter itu juga punya mitos yang mau tidak mau berpengaruh dalam pekerjaanya…


Dalam beberapa minggu ini banyak baca di media sosial tentang status teman-teman dokter di Indonesia, baik itu berupa curhat, kabar gembira, masalah pribadi, narsis di suatu tempat ataupun kegiatan, membuat opini tentang berita, ada yang berbagi pengetahuan, dan lain-lain banyak lagi. Dari sini jadi bertanya dalam hati apakah benar semua orang benar-benar tau tentang dokter, mungkin hanya sebagian tau karena berhubungan langsung sebagai istri, suami ,anak, saudara ataupun kerabat. Bagaimana sebagian lagi, yang hanya berhubungan sebagai pasien, mungkin mereka hanya tau posisi dokter atau seorang dokter yaitu dari pengalaman pribadi perkasus, dari rumor, bahkan dari mitos dulunya dimana mitos bisa saja benar atau tidaknya.
Mengapa membicarakan mitos???….karena  membicarakan pengalaman pribadi perkasus dan rumor, itu sifatnya bisa hanya sementara, tapi untuk mitos berarti hal yang sudah lama, dan untuk itu tidak ada salahnya untuk dibahas lebih.
Sebenarnya cukup banyak mitos tentang dokter, karena saran dari teman saya yang tadi bilang agar sedikitnya  saya  perduli, maka saya bahas 3 mitos dokter yang sudah banyak orang tau, tapi saya berharap setidaknya bisa cukup memebantu mengenal dokter.

Mitos Seorang dokter


Mitos Dokter tidak dilihat dari posturnya
Kenapa saya membahas yang pertama masalah postur tinggi tubuh, karena ternyata setelah saya tanya banyak sekali yang  tidak tau hubungan postur dengan pekerjaan dokter, postur tubuh berpengaruh juga pada pekerjaan dokter, terutama dokter yang melakukan tindakan operasi. Mitos ini bisa benar dan  bisa dibilang juga mitos ini kurang tepat:
Mitos ini benar… Seorang dokter tidak harus tinggi, dan benar memang ada seorang dokter bernama Michael Ain, seorang ahli bedah ortopedi pediatrik di Johns Hopkins Children Center adalah seorang dwarfisme (seseorang yang kekurangan pertumbuhan badannya), hanya saja jika postur tinggi tubuh dokter itu sesuai maka akan lebih menguntungkan dalam melakukan suatu tindakan operasi dan sudut gerak dalam operasi, juga dalam menyesuaikan keadaan alat operasi.
Tapi Ada cerita dokter wanita yang tubuhnya kecil dalam melakukan tidakan pada orang yang tersedak (choking), kebetulan seorang bapak yang gendut tinggi besar di suatu pesta di kampung tiba-tiba tersedak makanan sehingga menutup total jalan nafas (total blockage/severe) , sebagai dokter yang kebetulan ada di situ, maka sudah jadi kewajibannya untuk menolong, karena hanya dokter itu pastinya yang mengerti, sedangkan yang lainnya tidak ada yang mengerti apa yang harus diperbuat, maka berusahalah ia melakukan tindakan setakan “chest thrust” sekuat tenaga beberapa kali sampai berpeluh. Pada saat mengerjakannya ia berdoa dalam hati agar Allah membuat badanya terasa besar dan kuat serta terus berdoa dalam hati hingga hampir mau menagis. Ahamdulillah pasien tertolong… Jadi ternyata postur tubuh memang berperan juga dalam suatu tindakan, dan yang saya garis bawahi dari cerita ini adalah dalam keadaan apapun dokter itu harus siap membantu karena hubungan dengan sumpahnya.


Mitos Dokter yang sudah tua manjur

Mitos ini juga bisa benar, karena makin berumur seorang dokter maka makin banyak pengalaman menganai pasien, maka akan lebih banyak  yang diketahui dan akan lebih terlatih untuk melakukan tindakan atau jeli dalam mendiangnosis. Hanya mungkin cerita pribadi saya bisa lebih  menggambarkan, jadi ada pertimbangan lain apakah dokter tua manjur.
Cerita tentang pengalaman… saya yang kebetulan kata orang waktu baru lulus dokter berwajah kayak anak ABG (itu kata orang loh, bukan kata saya). PTT-lah saya di tempat yang sangat terpencil di daerah Garut, jangan salah ternyata saat  itu Garut ada daerah yang sangat terpencil, dan setelah saya datangi memang cukup sangat terpencil… tapi karena dengan melewati hamparan pegunungan dengan tanaman teh yang sangat indah, jadi kata sangat tepencil sebetulnya bisa di bilang “cukup sangat terpencil“.
Pertama sekali saya praktek… datanglah nenek-nenek dan melihat saya kemudian berkata dengan bahasa sunda halus yang kira-kira artinya neng ada dokternya,  saya yang hanya sedikit tau bahasa sunda menjawab “saya nek dokternya”. Dengan muka agak heran campur tidak percaya ia berkata lagi kira-kira katanya  “ah neng masa”. Jadi… mana baru pertama kali tugas daerah terpencil, yang kebetulan pasienya seorang nenek yang tidak percaya bahwa saya seorang dokter, huff… wal hasil kira-kira 15 menit panjang lebar berdebat dan menjelaskan dengan sang nenek, yang entah nyambung atau tidak, karena mungkin yang satu pakai bahasa Indonesia Jakarta, dan yang satunya lagi bahasa Sunda halus…. Tapi akhirnya terselamatkan dengan anaknya nenek yang menyusul masuk, menjelaskan keaslian dokter yang baru datang (alias saya), hanya saja yang buat saya kaget yaitu sang nenek langsung bilang (masih pakai bahasa Sunda halus) yang artinya kira-kira “wah saya maunya dokter yang tua aja kalau dokternya masih anak-anak nggak mau ah takut nanti nggak sembuh”…. Waduuuuuuh terpaksa menerawang sambil berpikir seandainya ada operasi wajah tua….
Tapi pasien berikutnya , Alhamdulillah berjalan sangat mulus dan lancar, dan hari-hari berikutnya juga berjalan  baik  menangani pasien dengan kasus yang cukup beragam, semuanya Alhamdulillah tidak terlalu berat. Pas seminggu dari awal saya praktek…Sang nenek yang dulu pernah datang ,  datang kembali dengan muka agak meringis kesakitan, hanya saja kali ini anaknya langsung ikutan, dan sang anak mengatakan keluhan ibunya, bahwa waktu itu ibunya ada sariawan, karena ketemu dokter masih keliatan muda akhirnya tidak jadi berobat, katanya nanti akan sembuh sendiri, tapi setelah seminggu sariawannya malah tambah banyak, sampai untuk makan aja susah. Yang lebih dramatisirnya lagi…..saat itu persediaan masker lagi tidak ada, biasanya saya mengantonginya di jas, tapi jas yang saya pakai ternyata baru di cuci, jadi pasti tidak ada masker bekas di kantong jas.  Maka tanpa masker saya harus rela pasrah memeriksa mulut sang nenek yang sudah saya perkirakan baunya, sambil menahan bau dan memegang senter saya dapatkan ternyata hampir separuh  rongga mulut terkena sariawan (stomatitis) , pantas saja untuk makan sulit.
Empat hari berturut-turut sang nenek datang ke tempat praktek, saya sendiri langsung berikan obat ke rongga mulutnya dan  membersihkan rongga mulut (kali ini saya selalu pakai masker  juga sarung tangan tentunya), pastinya setiap datang saya tidak bosan untuk selalu mengingatkan nenek dan anaknya,  agar nenek minum obat, dan memberikan obat serta  membersihkan rongga mulut sesuai dengan cara yang saya ajarkan.
Hari ke lima yang tadinya nenek hanya sedikit bicara bahkan kadang diam seribu bahasa, baru masuk ke tempat praktek bersuara nyaring dan menyeringai kira-kira seperti ini katanya “Hatur nuhun neng dokter ,terima kasih banyak sekali neng dokter, maapin nenek karena setau nenek dokter yang manjur itu dokter tua, malah si neng dokter ternyata baik,  mulut nenek sampe di bersihin tiap hari segala, terima kasih, ini ada labu siam panenan nenek buat neng dokter, ayuh atuh ke rumah makan nanti nenek sediaain makan” . Perlu diinfokan mengenai panenan labu siam yang di bawa nenek….Saat saya mau pulang, ada satu karung labu siam berat kira 50 kg nangring di atas sepeda motor saya,…aduh nek terima kasih banyak sekali panenanya… karena saat itu juga saya berpikir keras untuk membuka kios sayur agar labu tidak busuk sia-sia hehehe… tapi untungnya sang labu tidak jadi busuk karena ada banyak saudara berkunjung pulang membawa oleh-oleh labu siam dari desa (Garut maksudnya)


Mitos Jadi Dokter bisa kaya

Membahas hal ini sebenarnya sangatlah rawan, apalagi dengan situasi saat ini. Tapi pendapat saya pribadi begini, tolong adakan survei  berapa banyak lulusan dokter yang kaya dari penghasilannya sebagai dokter, tapi… dari pengamatan pribadi dengan sample teman-taman saya yang ada, untuk yang kaya hasil dari dokternya tidak sampai sepertiga, itupun kaya disini bukan berarti kaya raya seperti  kasus koruptor yang berita, tapi saya kira hanya sedikit berlebih saja dan sesuai dengan tenaga serta  ke ahilanya yang di kerjakan (dokter sepesialis bedah salah satu contohnya). Jadi kesimpulannya menurut saya  jadi dokter bisa berkecukupan, ataupun sedikit lebih, bahkan  bisa juga hanya banyak pengabdian karena memang sudah konsekuensi sumpah jabatan kami.
Sebenarnya banyak cerita tentang ini, tapi baiknya saya hanya bertanya saja untuk bisa menggambaran tentang dokter (apakan benar jadi dokter bisa kaya), Saya ambil contohnya dokter yang sering  kita temui , yaitu teman-teman saya yang di UGD rela untuk meninggalkan keluarganya di rumah untuk mencari nafkah dan juga tanggung jawab atas ilmu yang di pelajarinya.  Coba hitung berapa banyak dokter UGD yang kaya dari kerja dokternya, sedangkan pekerjaan di UGD sangat berat, sebagai salah satu ujung tombak RS.
Seorang dokter UGD
Taukan anda bahwa biasanya di RS itu ada tiga pergatian jam jaga dokter seharinya  (8 jam sehari tiap siftnya pagi, siang, malam), dimana tiap dokter bisa menangani pasien sedikitnya bisa 10 pasien tiap sift atau term-nya, dan ini hampir pada semua  RS di Indonesia, pada saat malam hari dokter UGD  dituntut mengerjakan pekerjaan yang  tingkat ketelitian tinggi dan kecekatan yang cepat.  Menurut anda apakah layak manusia  saat jam bilogisnya  harusnya istrahat, tapi harus terpaksa tidak tidur untuk 8 jam.. (sedang sopir bis antar kota di Moscow hanya bisa membawa kendaraanya 3 jam berturut-turut kemudian istirahat) . Belum lagi tentang keadaan kondisi fisik dan rohani sang dokter saat itu, bisa di bayangkan pilot sebelum terbang harus di tes fisik dan mentalnya untuk keselamatan diriya juga,… kalau dokter-kan akan menyelamatkan pasien  bagaimana pemeriksaan fisik dan mentalnya ???
Apakah ada yang tau berapa banyak jumlah dokter di Indonesia saat ini, berapa dokter gigi , dokter umum dan spesialisnya. Mungkin bisa dicari, tapi poin yang saya tanyakan di sini  dengan jumlah semua dokter saat ini yang ada dan jumlah rumah sakit di Indonesia saat ini, apakah penduduk  Indonesia  dari Aceh sampai Irian dapat dilayani semuanya …
Saya tidak akan bertanya lebih jauh masalah mekanisme pelayanan, kelayakanan penempatan tenaga dokter, keadaan faslitas kesehatan yang menunjang, apalagi  layak atau tidaknya  jasa pelayanan yang diterima oleh dokter … wah… nanti dibilang dokter hanya mau uang (kalau mau jujur  dibanding dari beban kerjanya yang ada  dengan pendapatan dokter UGD contohnya,  sangatlah teramat jauh sekali  dari kata sebanding, bahkan bisa dibilang hanya untuk pengabdian… dan apalagi bila dibandingkan dari pendapatan yang pengemis inginkan seperti  diberita-berita kemarin). Dimana semuanya juga akan berkaitan dengan pembahasan  tentang mitos jadi dokter bisa kaya.
Kalau saya tanya dan bahas hal itu semua jadi akhirnya saya harus buat tim khusus dan hasilnya menjadi buku berseri…. Untuk itu sementara bisa diambil kesimpulan sendiri masing-masing. Jadi dalam hal yang satu ini saya baiknya tidak  berpendapat banyak, saya lebih baik hanya sedikit saja bertanya yang setidaknya bisa cukup sebagai penggugah agar masing-masing bisa menggambarkan.

Gambaran dokter secara umum, di luar pembahasa dari mitos dokter , yang pastinya dokter itu juga manusia sama seperti anda dan mereka… hanya saja karena pengatahuan ilmunya dokter dituntut untuk mengabdi demi kesehatan semua, dan saya yakin teman-teman saya punya hati nurani sebagai sesama manusia mahluk Allah SWT….. tapi kalaupun ada suatu yang khilaf, yah… karena dokter itu juga manusia yang tidak luput dari khilaf yang Insyan Allah tidak di sengaja.
Jadi kenapa tidak kita semuanya bersama untuk kebaikan saling membantu dan mengingatkan, memberikan solusi bersama jangan hanya menuntut, juga kita semua bahu-mambahu membantu semua faktor pendukung kesehatan dan membuat sistem yang baik  yang menunjang…. agar semua rakyat Indonesia SEHAT ….pasti termasuk dokternya juga ya…