Minggu, 09 Februari 2014

Indonesia vs Belgia yaitu: Cepot-Menneken Pis, Lempok-Coklat, Lapangan Monas-Grotte Markt

(Pada intinya setiap negara relatif  sama, tinggal warga di negara itu mau menjadikan apa negaranya) Siapa bilang Indonesia berbeda dengan negara Eropa, Amerika, ataupun yang lainnya. Semua negara itu relatif sama... tiba-tiba berkata di saat sedang berbicang, Bagaimana bisa?... teringat pertanyaan seorang teman pada saat jaga di RS dulu. Tentu bisa... sambil santai membersihkan stetoskop menjawabnya, dan sedikit melirik teman yang heran lalu melanjutkan: Coba pikirkan, apakah ada pada suatu negara yang tidak punya kebudayaan, dan apakah pada suatu negara tidak ada makanan ciri khasnya, bahkan apakah ada pada suatu negara tidak punya maskot atau ciri bangunan tertentu, pasti semuanya relatif punya... jadi... tiap negara itu relatif  sama semuanya... punya budaya, makanan khas dan ciri atau maskot bangunan tertentukan.... Terlihat sambil merah padam ia langsung protes: yah... kalau itu tidak usah di pikir lagi... dari anak kecil sampai nenek-nenek juga tau. Sambil tertawa lalu berkilah  loh  itu betulkan pernyataannya...

Jarak antara Den Haag ke Brussels yaitu 168 km, dan jalan yang dilalui ternyata sangat mulus sekali, padahal sebelumnya berpikir akan ada "jalan dangdut", ini adalah istilah baru dari adik yang didapat sewaktu perjalanan dari Bandar lampung ke Palembang. Dia tau betul kalau pada bagian tertentu lintas Sumatera ini ada banyak sekali gelombang jalan, juga lubang besar-besar, karena itu ia menyanyikan lagu "Hello dangdut " yang pernah dinyanyikan oleh penyanyi dewasa dan anak-anak. Terbayang dulu setiap mobil melewati jalan yang  jelek langsung dia mengucapkan liriknya yang digoyang... digoyang yaaang, jadi entah berapa kali dia menyayikan lirik yang itu-itu saja, plus tidak lupa dengan gayanya, dan ini sangat menghibur untuk mengurangi kejengkelan di jalan.

Tidak heran dengan jalan yang mulus, waktu 2 jam yang ditempuh tidak terasa sama sekali, karena sambil melihat kanan-kiri pemandangan jejeran batang-batang pohon di jalan tanpa daun dan kadang diselingi rerumputan yang masih hijau juga perumahan penduduk yang beraneka ragam ukuran juga warna, ini pemandangan yang sangat indah. Pemandangan yang rasanya kurang lebih sama indahnya seperti dari Pasuruan ke Gunung  Bromo walau jalannya berkelok-kelok.

13915473692017993859
Keterangan di samping Patung Charles Karel Buls

Tiba di Brussels -Belgia, ibu kota negara yang memakai dua bahasa dalam kesehariannya, yaitu Belanda dan Prancis. Mobil berhenti tepat di dekat bundaran yang ada patung "Charles Karel Buls". Membahas sedikit tentang patung ini adalah patung seorang tokoh Belgia yang sering menulis isu-isu tentang bahasa, pendidikan, dan pendidikan perempuan. Walikota Brussels pada tahun 1881 sampai 1899, merupakan walikota  pelestari arsitektur lama  Brussels, orang yang secara khusus pembela teguh serta pengagum Mont des Arts dan Grand Place, yang keduanya sekarang menjadi situs Warisan Dunia UNESCO. (Hmm... melihat patung ini, jadi teringat bangunan Kota Tua di Jakarta, atau bangunan tua di lainnya di Indonesia.. siapa ya yang akan melestarikan dan membelanya?).

13915472001422703145
Carles Kalrel Buls Statue sumber standbeelden.be

Kalau di berita bola suka membaca negara A vs negara B, yang artinya tim negara A bertanding dengan tim negara B, setelah melihat beberapa bendera bola dan kaos gambar para pemain bola di sini, jadi terinspirasi, kenapa tidak kita sandingkan negara kita dengan negara Belgia, tapi dari sudut pengamatan kunjungan kali ini. Bertanding sebagai pembanding, jadi kita bisa melihat, mencontoh serta berusaha melaksanakannya  atau menerapkannya untuk menjadi lebih baik... kenapa tidak....

13915507531919312942
Salah satu jalan kecil  yang bersih menuju Menakken Pis

Cepot-Menneken Pis


Pergi ke Brussels pasti wajib melihat patung Menneken Pis yang terkenal di seluruh dunia, merupakan maskot yang punya daya jual untuk kota ini. Penasaran melewati jalan yang juga mirip gang, dan herannya sama seperti di Belanda yaitu gang yang bersih. Setelah sampai di tempat patung ini, mata sempat terbelalak, bukan lebih berarti ke arah kagum, tapi karena harus membuat zoom mata ini, agar bisa melihat patung yang tingginya 61 cm di antara kerumunan orang yang agak ramai. Duh... dikira patungnya besar, ternyata patung ini tidak sebesar ketenarannya. Akhirnya daripada tidak bisa mengabadikan di sebelah patung karena kekecilan dan letaknya di atas sehingga tidak memungkinkan, maka mengabadikannya bersebelahan saja dengan patung "Mennaken Pis besar motif bendera Belgia".

13915764191982297158
Bukti diri di sebelah Mennaken Pis

Saat sebelum berangkat, mencari info tentang Brussels di Internet dan sudah banyak yang menulis tentang berbagai versi cerita di balik  patung Menneken Pis ini, kiranya tidak perlu lagi membahasnya. Hanya saat melihat Patung ini lama dan cermat, ternyata patung ini memang unik dan lucu, jadi tidak heran bisa dijadikan sebagai maskot. Kemudian terlintas dalam hati, kiranya di Indonesia juga sama ada hal yang unik dan lucu, kenapa tidak kita kumpulkan semua itu kemudian di jadikan maskot. Contohnya untuk daerah Jawa Barat bisa gunakan mungkin sebagai maskotnya "Cepot yang lucu, tapi tetap memberi nasehat petuah dan kritik", atau daerah Indonesia yang lainnya. Mungkin maskot-maskot yang ada semua tidak kalah bagusnya, dan bisa sebagai daya jual untuk kotanya bahkan untuk Indonesia ke seluruh dunia (Wah... jadi baru terpikir kenapa  tidak ikutan juga... menulis  kompetisi ngeblok kempasiana tentang  pariwisata...).

13915477351375837348
Patung kecil yang terkenal di dunia

Lempok-Coklat


Agak narsis saat pengumuman lokasi keberadaan di jejaring sosial, dengan maksud berbagi kebahagian (huff... ini kebiasaan jelek, karena setelah dipikir narsis berbagi kebahagiaan dan pamer itu ternyata beda tipis). Lalu tidak beberapa lama kemudian sahabat  ada yang kirim ke inbox  'lidia jangan lupa lempar-lempar coklatnya ke Depok". Karena langsung melihat ini,  untuk jadi  sahabat yang baik maka pesan harus di jawab  'Baik sobat, jangankan coklat kalaupun bisa melempar patung bocah pis ini juga ke sana, hehehe'.... " Duh teganya, kalau coklat yang betuknya seperti bocah nggak apa-apa deh di lempar" tulisnya di akhiri dengan berbagai simbol-simbol emosi memelas....


1391550901592207628
Selain coklat, Wafel Belgia juga terkenal enak, tapi... kalau di buatnya dari tahun 1867  ini  apa enggak basi ya???...hehehe

Coklat Belgia memang salah satu coklat sangat terkenal enak di Dunia. Setelah melihat patung Pis, lalu mampir ke toko coklat, penasaran ingin merasakan coklat di sini. Wah... memang enak ternyata, tapi... rasanya Lempok Durian buatan nenek tiap lebaran sama enaknya dengan coklat ini (waduh dasar lidah Indonesia... kembali ke asal). Sepertinya Indonesia juga penghasil biji coklat, hanya saja karena bukan penggemar coklat yang sangat, jadi tidak mencari dan mengetahui banyak perihal coklat ini.

Coklat adalah makanan yang  banyak digemari penduduk dunia, maka kalau memang biji coklat Indonesia baik, kenapa tidak kita juga mengolah dengan benar menjadi makanan coklat dengan ciri Indonesia. Contohnya Coklat rasa Durian Kalimantan (yah... mulai deh hayalan tinggi). Tapi... Lempok Nenek tetap top markotop, dan Lempok juga dibuat di pulau Indonesia lainnya, seperti Kalimantan, jadi... halooo... paramarketing Indonesia kenapa tidak menduniakan Lempok, atau mungkin juga menduniakan Dodol, kalaupun belum bisa men-Dunia-kan, yah... tolong diusahakan minimal meng-Asean-kan, lingkupnya lebih kecil... maka agak lebih mudah, selain itu  cita rasa lidahnya nyaris sama... (walah kayak yang kenal para marketing aja).

13915479531187980845
Bangunan di Grand Place

Lapangan Monas-Grotte Markt


Melihat  alun-alun kota Brussels  alias Grotte Markt atau Grand Place ini sangatlah indah. Di sini nuansa Eropanya sangat kentara dengan bangunan besar kuno klasik yang khas, apalagi ditambah detail-detailnya yang indah, di mana semua bangunan ini mengelilingi lapangan luas seakan dipagari, hal ini  menjadikan kesan lapangan dengan nuansa yang megah. Sambil duduk menikmati pemadangan yang ada, mengamati besarnya lapangan  ini ternyata tidak sebesar alun-alun DKI Jakarta alias lapangan Monas. Sama-sama di pagar tinggi, bedanya... di sini dipagari bangunan luas nan indah yang tinggi, sedangkan di Lapangan Monas dipagari jeruji besi nan tinggi.


1391549964732140872
Lapangan alun-alun yang di pagari bangunan indah

Menurut pribadi lebih bagus alun-alun Ibukota Indonesia ini tidak berpagar, sehingga berkesan lebih ramah, teringat dahulu suka menunggu orang tua kegiatan, sambil olahraga dan main layangan, kemudian makan ketupat sayur pikul yang enak dijual oleh seorang kakek, bahkan kalau sampai malam suka melihat air mancur goyang menari, bukan hanya itu  di sini pernah ada Taman Ria tempat main 'perosotan' dan 'kemidi putar '. Tidak mengerti banyak tentang pemagaran Monas waktu itu.

1391579401271415946
Setiap turis asik makan coklat wafel (dok.itsmine)



Tapi ternyata setelah menyadari lebih banyak, dipagarnya Lapangan Monas ini memang jadi terlihat lebih tertib, karena akhir-akhir dahulu tingginya tingkat kriminalitas dan penyalagunaan Lapangan Monas dari kelakuan orang yang tidak bertanggung jawab banyak sekali  di sini. Jadi merenung.... Alun-alun Ibukota Indonesia yang seharusnya  Indah, dipagar jeruji sehingga terlihat agak kurang ramah, ini berkat ulah dari warganya sendiri. Berbeda Jauh dengan alun-alun yang ada di hadapan saat ini. Memang suatu negara itu tergantung dari seluruh warganya (pasti di dalamnya juga termasuk warga sistem pemerintahnya)  ingin membawanya ke arah mana... hmm...hanya kita semua yang bisa menjawab ini...


1391579350727774590
arah mana yang akan kita pilih teman



senang berbagi
" Hidup itu adalah sebuah pilihan "
Brussel,  di Depan Grand Place 17.00
Tulisan berikutnya , sebelum kembali ke Moskow kita mampir sebentar ke  Zürich -Swiss dulu ya...
-lidia-