Selasa, 18 Februari 2014

Kalau Ada yang Mahal, Kenapa Beli yang Murah

(Mencintai produk dalam negeri sama halnya menghargai negara ini) Berkeliling mencari buku di toko buku Moskow merupakan kegiatan yang menarik, dengan banyaknya buku yang di sajikan juga berbagi ragam jenis serta tahun pembuatanya, maka tidak heran jika gedung toko buku banyak yang luas dan besar, bahkan bisa sampai bertingkat tiga. Biasanya bukan hanya buku saja yang dijual, segala pernak-pernik yang berhubungan dengan buku, seperti alat tulis, peralatan untuk melukis, video , tas sekolah dan lain-lian. Seperti halnya supermarket yang hanya menjual buku dan yang berhubungan dengan buku.

Di dalam toko buku boleh membaca, bahkan pada beberapa toko menyediakan kursi dan meja  yang bisa digunakan untuk berdiskusi dan membaca. Melihat ini pertama kali cukup aneh, karena berpikir apakah tidak rugi,  atau  apakah bukunya ada yang membeli, karena membolehkan membaca seperti di perpustakaan saja.

139231864346300614
Lorong salah satu toko buku
Ketika ingin kearah lorong buku yang khusus berbahasa Inggris dan melewati kasir,  melihat cukup banyak  juga yang membeli buku, ini berarti buku tetap laku.  Jadi walaupun membolehkan pengunjung membaca bukunya, ternyata pasti ada yang  membeli. Sepertinya… yang  membeli  buku di sini  karena ingin buat koleksi, atau karena sangat senang ,pasti  juga karena membutuhkannya.

Sampai di lorong yang di tuju, melihat suatu buku kedokteran yang cukup menarik dan agar lebih santai membawanya ke kursi untuk melihat isinya. Saat asik melihat, tiba-tiba android ajaib berbunyi menandakan ada email masuk, dari kerabat yang bertanya tentang kadaan musim di Moskow saat ini, terakhir bertanya kapan ada waktunya musim“SALE”

1392318743869849793
membaca di toko
Membahas mengenai  sale atau bisa juga dibilang diskon,  ini erat hubungannya dengan kaum hawa. Semua orang tau, kaum hawa kebanyakan tentunya menyukai belanja. Tidak akan melewatkan kata “SALE” yang terpajang di depan toko, walaupun hanya sekedar melihat. Teringat ada komentar salah satu teman sekerja dahulu sewaktu  melewati sebuah Mall di Jakarta, Dok mampir sebentar yuk… lihat ada diskon 80% , siapa tau dokter berminat  menanbah koleksi tas lain, yang inikan sudah dari jaman purba nggak berubah-rubah. Masa kalah gaya sama pasien.

Sedikit cerita tentang tas,  dulu kalau ingin pulang, suka lewat  mampir ke bagian laboratorium  yang berdekatan dengan ruang tunggu.  Berbincang-bincang sebentar, sambil kadang menanyakan hasil lab pasien rawat inap.  Suatu saat  melewati  dua orang ibu-ibu dengan dandanan nyaris  semunya branded…bisa tau branded atau bermerek,  karena  salah satunya  baru saja diperiksa. Sekilas melihat, tampak mereka saling berbisik  lalu sambil memandang ke arah tas  yang sedang dibawa ini.

Tas yang dipakai waktu itu dari bahan campuran bahan kain dan kulit, berwarna coklat tua dengan ada sedikit motif Batik Parang. Senang memakainya karena selain nyaman, pastinya mencintai produk dalam negeri, dimulai dari diri sendiri, merupakan alasan utamanya. Selain itu  selama masih bagus,  belum putus atau robek, jadi bukan suatu masalah untuk terus memakainya. Alasan lainnya,  kalau berganti-ganti tas, kadang ada barang tertentu yang tak terbawa,  karena tersimpan pada tas yang  berbeda.

Siapa bilang tidak punya tas bermerek. Sebenarnya  ada beberapa  tas bermerek hadiah dari teman,…” ini  untuk  memanjakan diri” katanya waktu itu. Tapi nyatanya tas hanya dipakai beberapa kali, bahkan bisa di hitung dengan jari.  Karena melihat harganya yang selangit,  kiranya…  jika membeli  sendiri  tas  yang harganya seperti itu, pasti akan  berpikir seribu kali. Selain memakainya  juga  terasa tidak tega ,  takut rusak atau hilang, serta memakainya  harus ekstra hati-hati.  Ini akhirnya malah menjadi beban, bukan memanjakan diri.  Maka diputuskan tidak mau di perbudak oleh  barang. Menggunakan  barang  itu sebaiknya nyaman dan sesuai fungsi serta harga tentunya (duh dasar ibu-ibu… ini intinya tetap saja kembali masalah harga).

Ada masukkan lainnya, yaitu dengan memakai barang bermerek agar kelihatan berkelas, dan lebih punya selera yang berkualitas… Dalam hati merenung… apakah kualitas seseorang di lihat dari barang ?, dan  kalau mau lebih berkelas, jadi tidak usah belajar atau sekolah lagi, maka beli saja terus barang bermerek, sehingga tiap kali beli akan naik kelas juga berkualitas. Hmmm… silahkan dipikirkan sendiri masing-masing, bukankah ini pemikiran yang di perbudak oleh barang?,  dan silahkan memilih secara bijak, yang mana  baiknya menurut anda …
Tentang barang sale, biasanya  yang di jual adalah barang yang mempunyai nama merek terkenal  atau istilah lainnya ” bermerek”  alias  ”branded”. Naluri sebagai kaum hawa tetap ada, walaupun tidak terlalu suka berganti-ganti aksesoris, tapi untuk hanya sekedar melihat-lihat sale tetap suka, dengan alasan senang  survei harga pasar (wah seperti pengamat harga pasar aja…jadi ingat yang dulu suka mendegar  radio tetang harga pasar… cabe keriting di pasar klender sekilo, pada hari ini  12 ribu … tomat…dst.. ).

Bukan hanya di Rusia, juga di Eropa dan Amerika, biasanya ada waktu atau musim tertentu yang khusus memberikan sale juga  diskon besar-besaran, di saat ini tidak heran jika akan tampak orang-orang yang menyerbu tempat-tempat ini. Salah satu tempat yang hanya menjual barang bermerek di Moskow ada di GUM.

13923181031667334077
Survei sale
Pernah masuk ke GUM untuk menghangatkan diri, setelah melihat  suatu atraksi di Kremlin (di depan GUM ini ialah Kremlin). Kebetulan  waktu itu sedang ada sale, lalu  kemudian melihat rombongan ibu-ibu , dengan dandanan  asesoris  yang mereknya sama dengan barang-barang yang di jual di sini.

Di GUM  bisanya membeli es krim, yang juga merupakan kebisaan orang lainnya,  jika mampir ke sini sambil istirahat makan es krim.  Karena  duduk berdekatan  dengan rombongan tadi,  terdengar ada yang berbincang dengan temanya mengatakan barang di sini agak lebih mahal, dan ini  pastinya  merupakan keluaran terbaru yang tentunya original, maka dari itu ia membelinya.  Jadi sedikit mengeyitkan dahi mendegarnya,  bukankah idealnya membeli barang itu murah dan sesuai fungsinya,… ini malah kebalikannya… jadi  seperti berkesan “kalau ada yang mahal, kenapa beli yang murah“… jadi berpikir… wah..trend yang lain lagi tentang manusia, suka akan barang bermerek, bahkan kalau bisa yang mahal… sungguh prihatin untuknya.

13923185471246866353
Es Krim Mangga

Sebenarnya pada  saat musim sale, maka tidak ada salahnya untuk hanya sekedar melihat jika sedang santai. Senang mengamati karena ingin tau pebandingan dari segi model dan juga tentunya harga. Masalahnya  patokan pebandinganya selalu berkiblat adalah barang-barang Made In Indonesia, juga dengan harga juga  Indonesia (kembali lagi masalah harga… huff…memang  susah  kalau sudah tertanam selalu ekonomis)  , hal ini-lah  yang menyebabkan malah akhirnya tidak belanja apapun, seringnya  pulang hanya membawa lebaran brosur.

13923206361717336900
GUM dari lantai paling atas

Memperhatikan produk bermerek ini, ternyata kebanyakan motifnya  bisa di bilang standar,  bahkan menurut pribadi malah tidak menarik, selain itu  cenderung kebanyakan polos, juga dengan model yang tidak terlalu variatif.  Tapi dari segi kualitasnya diakui  baik, juga kebanyakan bahan-bahan  yang digunakannya bagus,  dan dibuat agar kuat, sehingga produk bermerek ini cenderung lebih  tahan lama.

Untuk pribadi sebenarnya sangat senang dengan produk Indonesia, dengan  motif  yang beragam  yaitu dari Aceh sampai Irian, dan  juga bahan serta model cukup variatif. Karena itu,  saat winter bazar stand Indonesia cukup banyak juga  di lirik oleh para pembeli asing ( wah..ingat tulisan  tentang winter bazarhttp://luar-negeri.kompasiana.com/2013/12/01/para-ibu-bisa-buat-dunia-lebih-baik-jika-ibu-ibu-belanja-615532.html).

Hanya saja  di sayangkan untuk barang-barang tertentu , seperti dompet,, tas, baju, dsb, dari segi kualitas kiranya sangat perlu banyak perbaikan, seperti jahitanyanya yang kurang kuat, mutu bahan yang kurang baik. Kalau semuanya bisa di perbaiki rasanya dengan promosi dan memasaran yang baik, tidak kalah bersaing dengan barang bermerek dari luar ini. (Waduh pusing deh, kalau gaya tulisan seperti ini…kapan pula orang kesehatan belajar ekonomi, ada juga  belajarnya  hitung dosis obat...).

Berharap semua produk Indonesia mempunyai mutu serta kualitas  yang baik karena kita sudah punya beragam  kekayaaan  seni yang bisa di tuangkan dalam bentuk barang dan  juga yang lainnya. Jika ini terwujud bisa manambah nilai tersendiri untuk bagsa dan negara….

Senang berbagi
“Bijaksana jika membeli secukupnya, dan  bukandi lihat dari mereknya , tapi dari fungsinya kegunaan… ingat masih banyak orang  yang lain memerlukan bantuan kita”