sumber gambar www.gizmag.com
(Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat bahkan diributkan) Pepatah merupakan jenis peribahasa yang berisi nasihat atau bisa dari ajaran dari orang tua-tua. Banyak nasehat dari pepatah yang masih berlaku sampai saat ini. Hanya saja kiranya jarang sekali di pakai atau terdengar dalam hari-hari.
Tidak terlalu banyak pakai pepatah lagi mungkin karena merasa telalu bertele-tele pada era yang serba cepat dan instan ini, padahal coba pikirkan sekali lagi untuk hal yang cepat di perlukan pada porsinya, pada sisi lain pastinya kita juga memerlukan sesuatu proses untuk mencapai hal tertentu yang biasa jadi memakan waktu yang lama.
Waktu yang lama biasa menjadi penentu dalam porsi sendiri, misalnya pada penelitian ilmiah tidak mungkin instan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya untuk menikah perlu waktu dari segala macam pernak-perniknya. Jadi bisa di simpulkan kadang hal yang bertele-tele dapat menjadi suatu yang indah juga jika sesuai porsinya. Jadi kenapa tidak pada jaman teknologi digital ini penyampaian komunikasi dengan kombinasi sesuai keduanya.
Membicarakan pepatah pasti berhubungan dengan kata dan kalimat, dimana banyak sekali kata dan kalimat didapatkan sejak dalam kandungan sampai saat dewasa. Banyaknya kosakata berhubungan degan tingkat pendidikan seseorang dan lingkungan setempat yang mempengaruhi. Percayakah anda bahwa semua kata yang di dapat membentuk tingkat emosi seseorang.
Bisa di telaah secara logika kasar saja, perkataan yang terbiasa dengan nada kalimat tidak baik atau kasar, maka akan menimbulkan gelombang otak tertentu dan ini akan berpengaruh pada sistem perkembangan sel saraf dalam otak dan secara tidak langsung akan memengaruhi emosi seseorang.
Pendidikan dan pengaruh lingkungan akan mengikis serta mengukir seseorang dalam memilih emosi dan tindakannya. Taatnya seseorang dalam agama adalah filter yang lebih membuat indah dalam emosi budi pekerti menjadi lebih baik lagi.
Bijaksana jika apa yang di ucapkan berhubungan dengan yang akan di lakukan, maka berusaha berucap dari kata hati nurani yang paling bersih, tanpa pengaruh kepentingan apapun, biasanya akan dikerjakan sesuai dengan ucapannya, dan ini bukan suatu hal yang mudah pada kenyataannya. Tapi bukan berarti tidak bisa. Karena itu mungkin kita selalu berusaha untuk mengucapkan kata yang baik dalam hidup kita.
Karena kita mempunyai mata yang hanya bisa melihat semua di sekitar kita saja, tapi untuk melihat seluruhnya pada bagian tubuh tidak memungkinkan, maka lebih cenderung akan membicarakan hal yang ada di sekitar, bahkan yang terlihat jauh kecil di bicarakan, ini sesuai kata pepatah gajah yang di depan mata tidak terlihat, tapi semut di seberang lautan tampak jelas sehingga di ributkan. Alangkah baiknya selalu berusaha bercermin ke diri sendiri.
brain cell sumber dari the neural computation lab at the Wolfson Institute for Biomedical Research
Berkata baiknya sesuai dengan perbuatan, maka berusaha mengingatkan diri kita agar tidak membicarakan atau berbuat yang merugikan orang lain, berpikir juga cari kegiatan positif yang baik, buat karya minimal untuk keluarga kita, kalau belum bisa memberikan kepada yang lain. Pada saat tertentu agar tidak mengucapkan kata yang jelek, ada baiknya menghindar, bahkan akan lebih baik lagi berusaha tersenyum dan ikhlas (rasanya ini hanya ada pada orang yang tingkat emosi sangat stabil). Tapi jika diminta untuk mengucapkan yang membutuhkan ketegasan tentang ide kita ,maka ucapkan kata apa adanya , walaupun itu tidak se-ide. Hanya saja prinsip tidak merugikan orang lain tetap di pegang teguh.
Kelebihan pada orang yang kita lihat jadikan suatu acuan diri agar bisa lebih baik lagi, dan jangan jatuhkan atau rugikan orang lain karena ini. Jangan berusaha sibuk berputar-putar untuk berbuat suatu yang tidak baik, demi kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Kalau begini maka tidak akan ada penemuan listrik, lampu, tv , ponsel dan teknologi lainnya, yang notabene semuanya adalah penemuan untuk orang banyak, dan tidak bisa di temukan jika hanya sibuk untuk suatu yang tidak baik.
Karena itu menulis dengan hati nurani yang paling dalam, tanpa ada suatu kepentingan apapun, bukankah kita menulis minimal untuk kebaikan diri sendiri, jika misalnya tidak ada yang membaca…, apakah mau menulis untuk diri sendiri memberikan suatu ke burukan… karena dengan menulis kata dan kalimat yang buruk secara tidak sadar mengajak diri kita sendiri ke arah keburukan itu sendiri, bahkan membuat penyakit dalam diri kita.
Kenapa begitu… kembali lagi kita medis pada otak kita, seperti tulisan sebelumnya. Apakah anda tau dalam otak kita punya gelombang. Dalam menulis pasti akan berfikir sehingga bukan saja bisa membentuk sinaps -sinaps atau tangan-tangan sel saraf, tapi juga menghasilkan gelombang pada otak kita.
Gelombang otak kita ada gelombang Alfa, Beta, dan gelombang fluktuasi listrik otak, ini terbukti bisa dilihat pada EEG (Eletroencephalografi). Hal ini sudah di teliti sejak dalam kandungan, lebih hebatnya sudah berkembang sampai hubungan gelombang otak dengan berbagai penyakit dalam tubuh.
suber gambar medicalterms.info
Jadi mungkin penyebab penyakit dalam tubuh kita sedikit banyak bisa berasal dari ucapan dan tindakan kita sendiri, yang tanpa kita sadari, bahkan ucapan dan tindakan kita bisa juga sedikit banyak mempengaruhi gelombang otak pada keluarga paling dekat. Dan penelitian mengenai ini sudah mulai berkembang pesat.
Tentunya dalam suatu penelitian mengumpulkan informasi sebanyaknya , tanpa langsung harus memutuskan, karena tidak semua informasi yang didapat adalah benar. Selanjutnya informasi akan diolah dalam suatu penelitian yang melibatkan banyak sumber, serta terakhir membuktikannya secara berulang-ulang. Semuanya ini memerlukan waktu. Dalam kehidupan sehari kita, bijaksana sekali jika menerapkan hal yang sama dengan proses penelitian, dimana jika menerima informasi yang berhubungan dengan orang lain, jangan kita langsung membuat keputusan, kenapa tidak kita tampung dahulu dan diteliti dari berbagai sumber, baru buktikan kemudian di putuskan.
Siapa bilang hanya orang sain yang saja yang bisa memberikan kontribusi penemuan ilmiah, pernah mendengar bahwa sebenarnya jaringan nirkabel atau ponsel yang kita pakai saat ini, penelitian awalnya merupakan hasil kontribusi dari seorang atris Austria. Hedy Lamarr bersama dengan komposer George Antheil berontribusinya pada teknik awal untuk komunikasi spektrum tersebar dan frekuensi hopping, ini penemuan dasar untuk ponsel.
Ternyata penelitian pada otak saat ini juga melibatkan banyak ilmuan dari segala bidang bukan hanya kedokteran dan sain saja, bahkan bagian sosial, psikososial juga ahli bahasa dan lainnya , semua di libatkan dalam penelitian ini. Jadi siapa bilang bidang ilmu lain tidak bisa membantu dalam penemuan ilmiah sain. Sampai sudah begitu jauh negara lain sudah mengembangkan penelitian bio tehnologi tentang otak ini. Tapi kenapa kita hanya berputar sekitar perbuatan negatif, kemudian caci maki, menghasut, jatuh menjatuhkan…
Itu semua tergantung hati nurani anda dan agama anda sebagai filternya … dan itu pilihan anda, karena hidup adalah pilihan…
Mengenai artikel tentang gelombang otak bisa di lihat pada link berikut ini salah satu contohnya:
senang berbagi:
“Your words and mind are your brain”
Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter yang
menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah yang didorong oleh nafsu
akal akan membawa manusia untuk memahami , meneliti dan menghayati alam
dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan kesejahteraan. Rasa merupakan
potensi yang mengarah kepada nilai – nilai etika, estetika dan agama.
“Sesungguhnya orang yang mengatakan : tuhan kami adalah Allah, kemudian
mereka berIstiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada pula berduka”
Lebih di Kompasiana:
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/03/04/tubuh-sakit-karena-otak-menerima-kata-yang-diucapkan-639250.html