Beberapa minggu salju dan semi seperti bergurau
Panas terik dan dingin putih saling berebut seperti suara sengau
Namun lantang kuncup daun tetap muncul berseri
Berjuang hidup apapun cuaca yang akan terjadi
Kagum pada sang kuncup berani hadapi keadaan
Semua ini menggugah hati agar tetap berjuang demi kebaikan
Moskow, Musim semi yang bersalju, 26314
Seperti biasa berjalan pada pagi hari memandang keadaan sekitar selalu ada pemandangan yang menggugah, melihat batang pohon yang pamer dengan kuncup daunnya. Padahal dalam dua minggu lebih salju kadang masih suka turun menyapa, tapi ternyata tidak mempengaruhi kuncup yang tetap tunas dan berjuang untuk hidup.
Melihat keadaan dengan matahari terik bersinar cerah, membuat warna-warni pemandangan tampak jelas. Hal ini mempengaruhi suasana hati menjadi berseri, berjalan menyelusuri taman dibawah pohon yang mulai timbul tunas daun ini jadi tergerak ingin membuat sesuatu. Kebetulan hari ini berencana ke pasar Ismailova, mencari sesuatu yang mungkin bisa di berikan kepada siapapun yang ada di Indonesia.
Dalam perjalanan melewati toko bunga membuat suasana musim semi bertambah kuat, tampak di panjang berbagi macam hiasan bunga dengan berbagi bentuk, yang paling menarik adalah bunga yang di bentuk seperti layaknya boneka, suatu kreasi ide yang baik sekali. Melihat ini jadi teringat kreasi hiasan hantaran pernikahan di Indonesia yang juga di buat dengan berbagai bentuk yang lucu dan unik.
Selain itu di mall sudah sibuk menjual berbagi macam bibit bunga yang berwarna warna-warni, dengan harga yang beragam juga tidak ketinggalan tanah untuk menanam dan berbagai macam pernak-perniknya.
Ciri khas yang terkenal dari Rusia ini yitu Matrioskha, yang ternyata tidak banyak orang Indonesia mengetahui tentang boneka kayu beranak pinak ini. Sedikit tentang sejarah Matrioskha, yaitu berawal dari seorang pelukis Rusia pada tahun 1890 bernama Sergey Malyutin seorang pelukis kerajinan rakyat di Abramtsevo dan Vasily Zvyozdochkin pengrajin kayu. Keduanya terinspirasi oleh boneka dari Honshu , pulau utama Jepang , yaitu boneka Daruma atau fukuruma boneka berongga yang berbentuk Buddhis bhikkhu gemuk juga botak tua.
Pada tahun 1900 Matrioskha ini di ikutkan dalam Exposition Universelle di Paris, matrioska yang disajikan boneka bergambarkan istri Savva Mamontov, dan kemudian meraih medali perunggu. Setelah itu, boneka matrioshka banyak di prosuksi di Rusia dan dikirim di seluruh dunia.
Karena terbawa dengan rasa berjuang kuncup daun tadi, jadi tergerak rasanya untuk belajar melukis kembali yaitu melukis matrioskha dengan motif Indonesia tapi tetap juga ada nuansa Rusianya . Maka awal terpikir membuat matrioskha dengan motif tapis Lampung dengan di tengahnya ada gambaran cerita rakyat Rusia, dan nanti berikutnya membuat matrioshka dengan perpaduan berbagai motif batik atau songket Indonesia, bahkan matrioskha dengan motif kompasiana, menarik juga ya.
Wah sepertinya kegiatan baru yang seru, dan ini bisa menjadi souvenir buat teman di Indonesia dan di Rusia, bahkan buat teman dari negara lain…
Senang berbagi
Yang Maha Esa sudah memberikan contoh melalui alam yang terus berjuang, kenapa kita tidak juga berjuang membuat suatu kreasi untuk kebaikan
diterbitkan di kompasiana