(Walau nyatanya sulit, jangan bosan buat yang baik ) Membaca sebuah artikel tentang konflik di Suriah yang sudah 3 tahun, sehingga membuat sekolah, rumah sakit hancur, semua kekerasan dalam konflik secara langsung pasti berimbas kepada anak-anak yang ada di sana.Di sisi belahan dunia lain juga hal yang tidak jauh berbeda, masalah konflik di Afrika yang akhirnya anak-anak juga menjadi korban.
Bukan hanya pada daerah konflik saja, ternyata pada belahan negara yang dalam situasi bisa di bilang aman seperti negara kita , anak-anak tetap menjadi korban. Dimana anak bukan hanya terpaksa sebagai tulang punggung yang masih belia, bahkan dari keseharian atau hiburan yang layak anak-anak juga belum mendapatkan porsi yang baik, walaupun orangtuanya bisa di bilang mampu.
Banyaknya masalah dunia dari berbagai belahan dunia pada dasarnya hanya dari sifat egois orang dewasa, dan akhirnya anak menjadi korban. Suatu hal yang secara tidak langsung manusia telah merusak generasinya , atau kita sendiri telah memberikan contoh juga mengajarkan generasi akan datang ini ke arah suatu yang tidak baik. Apakah karena rasa empati yang masih kurang di asah.., atau memang rasa empati sudah hilang di telan kelam pada otak manusia dewasa.
Kembali lagi ke otak manusia, ternyata rasa empati juga berhubungan dengan otak manusia, hal ini bisa di hubungkan dengan keterangan yang ada di tulisan Olaf Blanke (VERE PI) and Mel Slater (VERE Coordinator) addressed the American Association for the Advancement of Science in a session organised by Olaf Blanke : “From Artificial Limbs to Virtual Reality: How the Brain Represents the Body”, 19 Februari 2011 dan juga bisa di hubungkan dengan video youtube Patrick Haggard at TEDxBarcelona, July 2013 ini.
Lebih lanjut klik ini: