Kesehatan tidak lepas dengan kata doa
Di saat pandemi seperti ini tentunya banyak sekali untaian doa bagi kesembuhan kesehatan, karena pada dasarnya manusia hanya bisa berharap, Allah SWT yang menyembuhkan...
Pagi di hari Jumat, sebagai orang kesehatan seperti biasanya menjalankan tugasnya, tak selang beberapa lama saat di tempat tugas, ayah saya yang sangat saya cintai menelpon bahwa dirinya ada di salah satu di rumah sakit di kota Lampung. Kabar yang cukup mengejutkan, juga membuat cemas... hanya saja saya masih harus menjalankan tugas...
Ayah saya adalah orang yang keras, tidak heran karena lahir di tahun kemerdekaan di saat negara ini baru lahir maka turut membentuk pribadi ayah, Indonesia yang saat itu masih bayi berjuang dengan segala keterbatasan, begitu pula ayah saya. Maka tidak heran jika orang yang lahir di jaman itu kebanyakan tipe orang yang keras, entah itu dalam prinsipnya, dalam memegang adatnya, juga dalam pekerjaanya serta agamanya. Dari sekian banyak kerasnya ayah, ada hal lemah yang ayah saya punyai adalah jika para saudara dan keluarganya datang meminta tolong bantuan, ayah saya akan memberikan dalam bentuk apapun baik itu berupa materi selama beliau punya...
(Perhatikan keluhan orang tua) hal lain yang di punyai ayah di saat umurnya ini adalah mudah mengeluh tentang sakitnya, ayah tidak tahan sakit di saat usianya ini. Pada setiap detik sakit yang di rasakan selalu di laporkan pada anaknya. Salah satu dari sekian banyak kesalahan yang saya punya adalah karena seringnya menerima keluhan jadi kadang suka menganggap keluhan itu adalah hal yang biasa karena usia, padahal di saat pandemik ini yang paling rentan terkena adalah para orang tua. Dengan segala kelemahan daya tahan tubuhnya... Dari semua keadaan yang ada pada ayah saya, banyak orang dan sekitarnya menyatakan bahwa Ayah adalah orang yang baik sekali...
Ayah di nyatakan positif covid, dengan gambaran röntgen paru dengan gambaran infiltrat yang telah kena pada kedua lapang paru kiri dan kanan. Esoknya setelah selesai tugas, langsung bergegas menuju Lampung.
Rumah sakit, jika membahas tentang rumah sakit di Indonesia tentu banyak sisi komplikasi, sistem, materi, serta semua yang pastinya di dalamnya yaitu sumber daya manusia. Apalagi rumah sakit yang bukan di Ibukota ataupun kota besar, rumah sakit di daerah entah itu swasta ataupun pemerintah sangat kental dengan segala keterbatasannya.
Di Rumah sakit yang merawat ayah, pasien HCU di tunggu oleh keluarga pasien, bisa di bayangkan pasien covid di tunggu oleh keluarga pasien yang tidak boleh keluar sama sekali, tentunya secara tidak langsung ada beban entah itu emosi yang tentu juga mempengaruhi kesehatan pada keluarga yang menunggu, dan tidaklah mungkin keluarga meninggalkan keluarganya yang sakit, bukan hal yang perlu dipersalahkan, karena kembali lagi dengan segala keterbatasannya...
Pertama melihat keadaan ayah tampak mengkhawatirkan, dengan tanda tanda vital yang agak menurun, tapi tetap optimis dan berdoa. Di hari kedua merawat ayah saya, tanda vital ayah yang sangat meningkat, terutama satuarasi O2 nya sangat jauh lebih baik. Tanpa saya bisa tidur selalu melihat monitor.
Untuk melihat perkembangan evaluasi merupakan hal yang mendasar, karena dokter bukanlah superman yang bisa "scan" dengan matanya bagian yang bermasalah. Pemeriksaan lab dan lainnya merupakan salah satu faktor utamanya pada pasien covid, pemeriksaan laboratorium yang lengkap, perkembangan foto rontgen paru, dan lainnya perlu selalu di evaluasi, dan ini tidak semua rumah sakit mempunyai kelengkapan, kembali lagi tentang keterbatasan dan saya harus menerima itu.
Episode Apnoe, dua hari saya di RS tanpa tidur, pagi hari ayah agak gelisah, lalu di beri tambahan sedasi, kemudian tenag kembali. Pada siang hari pada saat titik lelah tidak tidur sedikitpun, lalu saya tak sengaja tertidur juga. Tiba-tiba saya di bangunkan oleh perawat, dan secara reflek saya melihat monitor untuk melihat tanda vital ayah, mungkin perawat ingin memberitahu saya bahwa ayah sudah tidak ada denyut jantungnya... yang saya sayangkan bukan usaha utama bantuan hidup pasien yang mereka pikirkan, tapi usaha untuk membangunkan keluarga pasien. Melihat monitor yang flat saya respon melakukan RJP saat itu juga... sadar saya RJP perawat yang membangunkan saya baru "geh" juga bawa yang seharusnya utama yang dilakukan adalah tugasnya yaitu keselamatan pasien...saya melakukan kompresi kurang dari epuluh lalu perwat itu meminta saya untuk menggeser agar mereka yang melakukan kompresi... Alhamdulillah ternyata Allah SWT itu maha baik, masih memberikan kesempatan jantung ayah untuk berdetak... suatu berkah buat ayah, berterima kasih untuk doa dari semua
Obat covid, sudah rahasia umum kalau obat-obatan tertentu untuk pasien covid mempunyai harga yang fantastis, bukan hanya itu ini juga karena langka untuk mendapatkannya... Alhamdulillah ini berkat doa semua, ayah mendapatkan obat dengan mudah dengan harga yang sesuai, dan itu juga merupakan suatu berkah buat ayah.
Mengenai doa... saya minta semua saudara dan teman-teman berdoa kepada Allah SWT agar ayah diberikan kesembuhan. Diantaranya saya berterima kasih kepada teman yang mempunyai energi positif turut berdoa kepada Allah SWT, yang di rasa membantu, karena selama perawatan obat yang biasanya sulit di dapat tapi ini bisa dengan mudah di dapat dan dengan harga yang sesuai. Rasa terima kasih saya kepada TS satu angkatan saya yang juga turut memberikan doa, selain juga itu saya sangat berterima kasih sekali kepada TS yang sudah saya kenal sejak kuliah dahulu, orang yang baik, membantu saya memberikan informasi serta jalan. Tidak lupa para TS di tempat kerja yang selalu supportnya yang tiada henti... Barakallan buat semua
Empati salah satu yang menambah kekuatan pasien adalah empati, sebagai orang kesehatan baiknya empati adalah hal yang paling utama, bukan hanya pada pasien yang sadar, bahkan pada pasien yang tidak sadarpun empati sebagai orang kesehatan harus lebih tinggi lagi. Pada pasien sadar kita bisa melihat dengan jelas emosi yang di gambarkan, tapi pada pasien yang tidak sadar emosi hanya sedikit bahkan tidak tampak karena itu kita baiknya harus lebih peka... anggaplah pasien layaknya diri kita di perlakukan...
Keluarga yang sebagai perawat, hari-hari yang di jalani di dalam ruangan isolasi yang utama adalah melihat monitor perkembangan dari tanda-tanda vital karena itu yang saya bisa saat itu, selain membenarkan masker yang rawan melorot karena ada tenakan O2 tinggi yang di berikan, mengawasi jalanya tetesan infus, memeriksa adakah udara atau cairan pada selang dan infus, saya juga berusaha untuk menjaga kebersihan, yang rutin saya melap badan sehari sekali, juga balurkan minyak kayuputih setelah di lap, mengganti pampers tiap saat jika melihat sudah penuh, saat mengganti pampers kadang di miringkan dan di tepuk-tepuk sedikit bagian punggung tubuh.Bagian yang sulit di jangkau untuk dibersihkan adalah area mulut, karena adanya resiko melepaskan masker jika terlalu lama, akan meurunkan saturasi 02 dalam darah. Tidak lupa saya selalu mengajak ayah untuk sholat dengan membisikkan waktu sholat di dekatnya, serta mengajaknya untuk terus berzikir...
Kadang jika saya melihat yang kurang sesuai dengan prosedur... maka saya memberikan masukkan sesuai dengan pengetahuan saya... hanya ada saja orang yang meggindahkan, kembali lagi rasa empati yang diperlukan.
Trasportasi pemindahan, tidak banyak orang tau tentang adanya trasportasi evakuasi medis menggunakan jalur udara, Indonesia dengan beribu pulaunya, trasportasi udara merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, apalagi untuk evakuasi medis, karena masih tebatasnya fasilitas kesehatan di daerah serta sistem kesehatannya. Evakuasi medis melalui udara mempunyai harga yang tidak dibilang murah, tapi kesehatan dan nyawa bukanlah harga yang bisa dihitung dengan bilangan materi. Demi untuk mendapatkan perbaikan kesehatan buat ayah, saya tetap iktiar untuk ketempat yang fasilitasnya lebih lengkap dan baik.
Saat ini kondisi ayah masih berusaha, tetap iktiar, Allah memberikan berkahnya bagi yang berusaha... Kembali lagi tolong selipkan doa kepada Allah SWT tiap harinya agar ayah diberikan kesembuhan...
Karena pada dasarnya kesembuhan datangnya dari Allah SWT
اَنِّىۡ مَسَّنِىَ الضُّرُّ وَاَنۡتَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِيۡنَ
"[Ya Tuhanku], sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."