Di kalangan awam banyak yang tau jika ada orang yang menderita “penyakit gula” dan kebanyakan akan berasumsi bahwa pada orang tersebut dahulunya sering makan yang manis-manis. Asumsi ini tidak sepenuhnya benar. Memang salah satu penyebab terjadinya karena faktor asupan makanan pada diabetes tipe II, tapi bukan karena cenderung makan yang manis-manis. Secara garis besar penyabab asupan makanan yang di maksud adalah pola makan yang tidak sehat, sehingga bisa membuat terjadinya kegemukkan, selain itu juga adanya studi yang menunjukkan hubungan antara diabetes dan paparan nitrat, nitrit dan nitrosamin dari makanan olahan dan diawetkan.
Seperti biasa suka bertanya kepada pasien tentang penyakitnya, dan seperti biasa jawaban yang tidak mengejutkan, ternyata tidak semua pasien diabetes memahami apa penyakitnya. Yang ketahui hanya minum “obat untuk diabetes” dan patuh menelan pil. Karena ini semua “diperintahkan dokter!“.
Secara mudah agar mengetahui diabetes yaitu karena dalam sel tubuh kita untuk hidupnya memerlukan gulkosa (awamnya bisa disebut dengan gula) sebagai energi, tapi karena tidak ada zat pendorong glukosa ke dalam sel dinamakan insulin, yang di hasilkan oleh pangkreas, maka gula tidak bisa masuk ke sel sehingga menumpuk akhirnya di keluarkan dari tubuh melalui salah satunya yaitu air seni, tapi sayangnya ada juga bagian yang menumpuk saja tidak terkeluarkan, dan jika banyak menumpuk tidak keluar hal ini bisa menyebabkan komplikasi.
Saat ini para ilmuwan masih belum sampai pada suatu kesimpulan pasti, yang menentukan akar penyebab diabetes. Namun, diketahui bahwa faktor keturunan pasti memainkan peran penting. Dari penelitian 10-80 persen dari kejadian berkaitan dengan faktor keturunan. Kegemukkan juga meningkatkan risiko penyebab terjadinya diabetes, serta gangguan endokrin bisa menyebabkan obesitas sehingga bisa membuat resiko diabetes, faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu tingkat stres, aktivitas fisik, minum alkohol atau tembakau, dan lainnya
Namun secara medis garis besarnya penyebab kurangnya atau tidak dihasilkan insulin ini di bedakan atas dua keriteria yaitu : Diabetes tipe I singkatnya karena faktor yang diwariskaa (genetik) sehingga insulin berkurang atau tidak dapat di hasilkan, danDiabetes tipe II . Kebanyakan pada diabetes tipe II ini diderita oleh 90% populasi, diantaranya karena faktor pola gaya hidup yang tidak sehat, selain dari faktor genetik. Semua hal itu bisa membuat resistensi insulin dan produksi (sekresi) insulin yang tidak normal. Biasanya diabetes tipe ini “mulai di masa dewasa,” tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak dan remaja juga bisa terkena.
Maka pencegahan agar mengurangi terjadinya diabetes terutama yang type II, yaitu perlunya menghidari strees, menjalani hidup aktif, juga pastinya pola cara hidup juga makan yang sehat untuk mempertahankan kualitas hidup yang tinggi (wah…jadi ingat tulisan prisip agar bisa hidup 120 tahun) . Yang berbahays dari diabetes ini adalah komplikasinya, dimana dapat menyebab gangguan penglihatan, stroke, penyakit jantung, juga bisa buat gangguan pada sistem saraf , dan lain-lain.
Apa hubungannya mengetahui gula darah pada diabetes ?. Karena gula darah yang tidak dapat di serap ini akan menumpuk dan tidak terkeluarkan (terekskresi) dapat menyababkan komplikasi, jadi dari sini perlunya mengetahui kadar gula darah yang sesuai bagi tubuh kita. Dengan gula darah yang sesuai dan pola hidup yang sehat, dengan harapan di dalam tubuh proses kerja insulin lebih baik. Kalaupun jika insulin sudah tidak dapat lagi diproduksi, maka berguna untuk pengobatan, dengan mengetahui kadar gula jadi lebih jelas memberikan banyaknya kadar insulin yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu alat kontrol atau monitoring gula darah ini sangat membantu untuk mengetahui kadar gula darah dalam tubuh.
Alat Monitor Gula Darah
Ada berbagai macam alat di pasaran, umumnya yaitu dengan mengambil darah dari jari dan kemudian di analisa oleh alat pengukur gula darah. Dengan tehnologi ternyata akan ada alat terbaru yang dikeluarkan oleh Google yaitu lensa kontak yang dapat mengukur kadar glukosa pada air mata. Ini merupakan suatu alat sensor glukosa terkecil , dan alternatif yang cukup menguntungkan, daripada harus menusuk jari mereka berkali kali agar dapat mengetahui kadar gula darahnya darah. Alat yang sangat membantu sekali untuk penderita diabetes.
Diharapkan perangkat ini akan memakan waktu minimal lima tahun penelitian sehingga bisa digunakan oleh konsumen. Mekanisme pelaksanaan yaitu pada perangkat dengan menggunakan sensor glukosa kecil untuk mengawasi kadar gula darah dan pemancar nirkabel sehingga bisa tau berapa dosis insulin yang dibutuhkan. Dalam keterangan blog resmi perusahaan Google yaitu mengumumkan ”Kami sedang menguji prototipe yang dapat menghasilkan membaca sekali per detik,” dan tentang pernyataan bisa untuk mengawasi dijelaskan dari keterangannya “Kami juga menyelidiki potensi ini untuk melayani sebagai peringatan dini bagi pemakainya, jadi kita menjelajahi mengintegrasikan lampu LED kecil yang bisa menyala untuk menunjukkan bahwa kadar glukosa telah melintasi di atas atau di bawah ambang batas tertentu, “
Penelitian ini dimulai oleh para ilmuwan di University of Washington, yang pendanaan dari National Science Foundation, dan telah dirahasiakan sampai hari Kamis ini. Lensa kontak adalah kemudian dikembangkan di laboratorium Google X -. bersama dengan mobil driverless, Google kacamata web-surfing dan Proyek Loon. Salah seorang peneliti utama, Brian Otis menyatakan “Hal yang indah adalah kita memanfaatkan semua inovasi dalam industri semikonduktor yang ditujukan untuk membuat ponsel yang lebih kecil dan lebih kuat “.
Perangkat akan terlihat mirip dengan lensa kontak biasa . Namun pada lensa kontak ini berisi dua glitter-bintik bersinar dengan puluhan ribu transistor miniatur, plus-rambut tipis antena “bahkan tidak terlihat seperti banyak, tapi sebenarnya dalam jumlah yang gila karena segalanya begitu sangat kecil, ” kata Otis di kantor pusat Google di Silicon Valley, menambahkan bahwa perangkat saat ini merupakan sensor glukosa yang terkecil yang pernah dibuat.
Pernyataan Dr Christopher Wilson, CEO NovioSense yaitu berharap sesuatu yang dapat digunakan oleh konsumen di pasaran memang benar-benar sudah bekerja lebih baik dahulu. Perlu diketahui saat ini, 382 juta orang mengidap diabetes, ini menurut International Diabetes Federation dan diterangkan juga, pada 2035 bisa di bayangkan jumlah itu akan meningkat menjadi 592 juta. Delapan puluh persen orang dengan diabetes hidup terdapat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan sebagian besar dari mereka berusia antara 40 dan 59 tahun. Diantaranya negara-negara yang melihat jumlah terbesar kasus diabetes dalam populasi adalah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Rusia. ( Hmm…untung Indonesia tidak termasuk ya… dan berdoa jangan).
Semoga dengan adanya bantuan alat yang bisa mempermudah dan cukup akurat menilai kadar gula darah, akan dapat banyak menolong penderita diabetes ini. Wah…pasti baik jika alat ini benar-benar aman untuk manusia, merupakan terobosan yang sangat membantu sekali untuk dunia kesehatan,. Tehnologi yang sangat berguna…
Senang berbagi :
“Ingat teman manusia itu sebenarnya lebih daripada ilmu “