(Mencintai produk dalam negeri sama halnya menghargai negara ini) Berkeliling mencari buku di toko buku Moskow merupakan kegiatan yang menarik, dengan banyaknya buku yang di sajikan juga berbagi ragam jenis serta tahun pembuatanya, maka tidak heran jika gedung toko buku banyak yang luas dan besar, bahkan bisa sampai bertingkat tiga. Biasanya bukan hanya buku saja yang dijual, segala pernak-pernik yang berhubungan dengan buku, seperti alat tulis, peralatan untuk melukis, video , tas sekolah dan lain-lian. Seperti halnya supermarket yang hanya menjual buku dan yang berhubungan dengan buku.
Di dalam toko buku boleh membaca, bahkan pada beberapa toko menyediakan kursi dan meja yang bisa digunakan untuk berdiskusi dan membaca. Melihat ini pertama kali cukup aneh, karena berpikir apakah tidak rugi, atau apakah bukunya ada yang membeli, karena membolehkan membaca seperti di perpustakaan saja.
Lorong salah satu toko buku
Ketika ingin kearah lorong buku yang khusus berbahasa Inggris dan melewati kasir, melihat cukup banyak juga yang membeli buku, ini berarti buku tetap laku. Jadi walaupun membolehkan pengunjung membaca bukunya, ternyata pasti ada yang membeli. Sepertinya… yang membeli buku di sini karena ingin buat koleksi, atau karena sangat senang ,pasti juga karena membutuhkannya.
Sampai di lorong yang di tuju, melihat suatu buku kedokteran yang cukup menarik dan agar lebih santai membawanya ke kursi untuk melihat isinya. Saat asik melihat, tiba-tiba android ajaib berbunyi menandakan ada email masuk, dari kerabat yang bertanya tentang kadaan musim di Moskow saat ini, terakhir bertanya kapan ada waktunya musim“SALE”…
membaca di toko
Membahas mengenai sale atau bisa juga dibilang diskon, ini erat hubungannya dengan kaum hawa. Semua orang tau, kaum hawa kebanyakan tentunya menyukai belanja. Tidak akan melewatkan kata “SALE” yang terpajang di depan toko, walaupun hanya sekedar melihat. Teringat ada komentar salah satu teman sekerja dahulu sewaktu melewati sebuah Mall di Jakarta, Dok mampir sebentar yuk… lihat ada diskon 80% , siapa tau dokter berminat menanbah koleksi tas lain, yang inikan sudah dari jaman purba nggak berubah-rubah. Masa kalah gaya sama pasien.
Sedikit cerita tentang tas, dulu kalau ingin pulang, suka lewat mampir ke bagian laboratorium yang berdekatan dengan ruang tunggu. Berbincang-bincang sebentar, sambil kadang menanyakan hasil lab pasien rawat inap. Suatu saat melewati dua orang ibu-ibu dengan dandanan nyaris semunya branded…bisa tau branded atau bermerek, karena salah satunya baru saja diperiksa. Sekilas melihat, tampak mereka saling berbisik lalu sambil memandang ke arah tas yang sedang dibawa ini.
Tas yang dipakai waktu itu dari bahan campuran bahan kain dan kulit, berwarna coklat tua dengan ada sedikit motif Batik Parang. Senang memakainya karena selain nyaman, pastinya mencintai produk dalam negeri, dimulai dari diri sendiri, merupakan alasan utamanya. Selain itu selama masih bagus, belum putus atau robek, jadi bukan suatu masalah untuk terus memakainya. Alasan lainnya, kalau berganti-ganti tas, kadang ada barang tertentu yang tak terbawa, karena tersimpan pada tas yang berbeda.
Siapa bilang tidak punya tas bermerek. Sebenarnya ada beberapa tas bermerek hadiah dari teman,…” ini untuk memanjakan diri” katanya waktu itu. Tapi nyatanya tas hanya dipakai beberapa kali, bahkan bisa di hitung dengan jari. Karena melihat harganya yang selangit, kiranya… jika membeli sendiri tas yang harganya seperti itu, pasti akan berpikir seribu kali. Selain memakainya juga terasa tidak tega , takut rusak atau hilang, serta memakainya harus ekstra hati-hati. Ini akhirnya malah menjadi beban, bukan memanjakan diri. Maka diputuskan tidak mau di perbudak oleh barang. Menggunakan barang itu sebaiknya nyaman dan sesuai fungsi serta harga tentunya (duh dasar ibu-ibu… ini intinya tetap saja kembali masalah harga).
Ada masukkan lainnya, yaitu dengan memakai barang bermerek agar kelihatan berkelas, dan lebih punya selera yang berkualitas… Dalam hati merenung… apakah kualitas seseorang di lihat dari barang ?, dan kalau mau lebih berkelas, jadi tidak usah belajar atau sekolah lagi, maka beli saja terus barang bermerek, sehingga tiap kali beli akan naik kelas juga berkualitas. Hmmm… silahkan dipikirkan sendiri masing-masing, bukankah ini pemikiran yang di perbudak oleh barang?, dan silahkan memilih secara bijak, yang mana baiknya menurut anda …
Tentang barang sale, biasanya yang di jual adalah barang yang mempunyai nama merek terkenal atau istilah lainnya ” bermerek” alias ”branded”. Naluri sebagai kaum hawa tetap ada, walaupun tidak terlalu suka berganti-ganti aksesoris, tapi untuk hanya sekedar melihat-lihat sale tetap suka, dengan alasan senang survei harga pasar (wah seperti pengamat harga pasar aja…jadi ingat yang dulu suka mendegar radio tetang harga pasar… cabe keriting di pasar klender sekilo, pada hari ini 12 ribu … tomat…dst.. ).
Bukan hanya di Rusia, juga di Eropa dan Amerika, biasanya ada waktu atau musim tertentu yang khusus memberikan sale juga diskon besar-besaran, di saat ini tidak heran jika akan tampak orang-orang yang menyerbu tempat-tempat ini. Salah satu tempat yang hanya menjual barang bermerek di Moskow ada di GUM.
Survei sale
Pernah masuk ke GUM untuk menghangatkan diri, setelah melihat suatu atraksi di Kremlin (di depan GUM ini ialah Kremlin). Kebetulan waktu itu sedang ada sale, lalu kemudian melihat rombongan ibu-ibu , dengan dandanan asesoris yang mereknya sama dengan barang-barang yang di jual di sini.
Di GUM bisanya membeli es krim, yang juga merupakan kebisaan orang lainnya, jika mampir ke sini sambil istirahat makan es krim. Karena duduk berdekatan dengan rombongan tadi, terdengar ada yang berbincang dengan temanya mengatakan barang di sini agak lebih mahal, dan ini pastinya merupakan keluaran terbaru yang tentunya original, maka dari itu ia membelinya. Jadi sedikit mengeyitkan dahi mendegarnya, bukankah idealnya membeli barang itu murah dan sesuai fungsinya,… ini malah kebalikannya… jadi seperti berkesan “kalau ada yang mahal, kenapa beli yang murah“… jadi berpikir… wah..trend yang lain lagi tentang manusia, suka akan barang bermerek, bahkan kalau bisa yang mahal… sungguh prihatin untuknya.
Es Krim Mangga
Sebenarnya pada saat musim sale, maka tidak ada salahnya untuk hanya sekedar melihat jika sedang santai. Senang mengamati karena ingin tau pebandingan dari segi model dan juga tentunya harga. Masalahnya patokan pebandinganya selalu berkiblat adalah barang-barang Made In Indonesia, juga dengan harga juga Indonesia (kembali lagi masalah harga… huff…memang susah kalau sudah tertanam selalu ekonomis) , hal ini-lah yang menyebabkan malah akhirnya tidak belanja apapun, seringnya pulang hanya membawa lebaran brosur.
GUM dari lantai paling atas
Memperhatikan produk bermerek ini, ternyata kebanyakan motifnya bisa di bilang standar, bahkan menurut pribadi malah tidak menarik, selain itu cenderung kebanyakan polos, juga dengan model yang tidak terlalu variatif. Tapi dari segi kualitasnya diakui baik, juga kebanyakan bahan-bahan yang digunakannya bagus, dan dibuat agar kuat, sehingga produk bermerek ini cenderung lebih tahan lama.
Untuk pribadi sebenarnya sangat senang dengan produk Indonesia, dengan motif yang beragam yaitu dari Aceh sampai Irian, dan juga bahan serta model cukup variatif. Karena itu, saat winter bazar stand Indonesia cukup banyak juga di lirik oleh para pembeli asing ( wah..ingat tulisan tentang winter bazarhttp://luar-negeri.kompasiana.com/2013/12/01/para-ibu-bisa-buat-dunia-lebih-baik-jika-ibu-ibu-belanja-615532.html).
Hanya saja di sayangkan untuk barang-barang tertentu , seperti dompet,, tas, baju, dsb, dari segi kualitas kiranya sangat perlu banyak perbaikan, seperti jahitanyanya yang kurang kuat, mutu bahan yang kurang baik. Kalau semuanya bisa di perbaiki rasanya dengan promosi dan memasaran yang baik, tidak kalah bersaing dengan barang bermerek dari luar ini. (Waduh pusing deh, kalau gaya tulisan seperti ini…kapan pula orang kesehatan belajar ekonomi, ada juga belajarnya hitung dosis obat...).
Berharap semua produk Indonesia mempunyai mutu serta kualitas yang baik karena kita sudah punya beragam kekayaaan seni yang bisa di tuangkan dalam bentuk barang dan juga yang lainnya. Jika ini terwujud bisa manambah nilai tersendiri untuk bagsa dan negara….
Senang berbagi
“Bijaksana jika membeli secukupnya, dan bukandi lihat dari mereknya , tapi dari fungsinya kegunaan… ingat masih banyak orang yang lain memerlukan bantuan kita”